"Belum kak," aku memberanikan diri.
"Ok, nama saya Remon Canbrige dan sebelah saya Raka Artama. Kami adalah anggota OSIS bertugas memberikan pengarahan dan materi selama MPLS. "
Â
Pucuk dicinta ulam pun tiba, aku bahagia sudah mengetahui nama idolaku. Belum apa-apa sudah idola. Biarin yang penting aku sudah memutuskan menyukai Kak Remon Canbrige.
Sesuai dengan namanya , tinggi atletis dan memiliki mata yang teduh. Berhasil menghipnotis mataku dan mencuri hatiku. Semenjak itu aku memperhatikan dia. Mulai mencari tahu apa saja kegiatan yang dilakukannya. Termasuk ekskul yang diikutinya. Â
Remon ternyata mengikuti ekskul basket, taekwondo dan musik. Aku suka semuanya. Dan mendaftar menjadi anggota. Satu grup dengannya memudahkan aku bisa bertemu hampir setiap hari. Padahal dia sudah kelas tiga. Setelah beberapa bulan hanya seperti pungguk merindukan bulan.
Aku tak berani menyapa dia. Hanya dari kejauhan aku menatap dengan binar-binar harap di mata. Ada rasa sesak di dada apabila dia bercengkrama dengan teman cewek yang lain. Meskipun rasa ini hanya aku yang tahu. Cukup membuat aku bahagia. Membuat hidup lebih berwarna. Berharap pagi segera hadir dan bisa bertemu dengan Remon.
Suatu hari hujan menguasai seluruh sekolah, aku menunggu hingga hujan reda bahkan sore hari telah berganti dengan malam. Aku masih menunggu di lobby sekolah. Ternyata Remon juga sedang menungggu jemputan. Aku duduk tak jauh darinya sambil melirik. Mencuri-curi pandang. Ternyata dia menghampiriku. Jantungku mulai berdisko dan wajahku seolah-olah memerah.
"Hai, Wulan. Lho kok masih di sini? Biasanya sudah dijemput." Ternyata Remon selama ini memperhatikanku dari tutur bahasanya menanyakan kenapa belum dijemput.
"Aaaku, Â eh iya, tadi mama mau menjemput tapi keburu hujan deras. Jadi, mama menunggu hujan reda eh malah semakin malam," ujarku terbata-bata dan diliputi rasa senang tak terkira. Jika aku sendiri sudah melompat kegirangan dan berteriak sekencang mungkin. Aku disapa oleh Remon, teriakku dalam hati.
"Jika mamamu belum datang, yuk bareng aku saja. Rumahmu aku lewati kok setiap hari."Remon menawarkan diri mengantarkan aku ke rumah.
"Eh tak apa-apa Kak, aku sudah  mau dijemput mama," ujarku lagi malu-malu. Namun hatiku sudah diliputi rasa cemas dan takut. Sebab anak-anak lain sudah pada pulang. Ada yang nekat menerebos hujan. Di lobby tinggal berdua denga Remon.
"Ayolah, kasihan kamu di sini sendirian, hujan sudah reda juga." Remon masih membujukkku.