Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun  lagi
Maret 1943
Dari penggalan puisi di atas Chairil Anwar berpesan. Menurut analisis saya dari bait pertama.
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Baris pertama Chairil Anwar berpesan bahwa jika saat ajal menjemput dengan kalimat "kalau sampai waktuku".
"Kumau tak seorang pun 'kan merayu" bermakna di saat maut mau menjemput , rasa sakit yang mendera, tidak seorang pun yang prihatin terhadap rasa sakit menggerogoti raga.
"Tidak juga kau" bermakna tiada siapapun yang dia percaya. Biarlah aku sendiri tanpa perhatian palsu.
"Tak  perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang"