Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

WC Duduk untuk Ibu Guru

27 Juli 2022   21:39 Diperbarui: 28 Juli 2022   05:31 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar dokri

WC Duduk untuk Ibu Guru

Menjadi penyandang disabilitas sementara waktu, membuat saya membutuhkan bantuan orang lain. Berjalan masih menggunakan kedua tongkat, membuat ruang gerak terbatas.  Meskipun demikian dengan kondisi seperti ini, ada saja yang memberikan perhatian.

Semakin hari rasa nyeri dan perih berangsur-angsur pulih. Kaki yang sebelumnya tidak boleh ditapakkan. Setelah melewati terapi, kontrol dan rontgen dan teratur minum obat. Kaki lama-lama semakin pulih. Hanya terkadang rasa ngilu terasa di bagian kaki yang habis operasi.

Bila kebanyakan berjalan terasa amat ngilu. Jika sudah agak ngilu, diusahakan istirahat. Setiap hari bila ada kesempatan diusahakan tetap dilatih kaki berjalan agar tidak kaku. Memang menekuk sebulan sesudah operasi sudah lancar. Sehingga memudahkan masa terapi. Tapi sungguh disayangkan cara berjalan memakai tongkat tidak diajarkan oleh mereka. Sehingga ada empat bulan lebih kaku menggunakan tongkat.

Kontrol pada bulan keempat, dokter memperhatikan cara berjalan.

"Lho kenapa kaku berjalannya Bu," ujarnya.

"Iya dokter, saya takut licin. Ujung tongkat sering licin dan hampir membuat jatuh," saya menjelaskan kepada dokter kenapa aku berjalan kaku. Rasa trauma akibat jatuh tergambar jelas di wajah.

"Coba saya lihat Ibu berjalan," dokter itu masih penasaran.

Setelah saya berjalan dan sangat kaku. Sehingga mudah capek. Tangan juga pegal serta kaki kanan yang tidak sakit juga mudah pegal.

"Begini Bu, kaki yang sakit bersamaan dengan kedua tongkat berjalannya. Ayo coba deh," ujarnya lagi.

Saya mencoba saran dokter, benar-benar enak. Kaki yang patah habis operasi menjadi luwes. Tidak kaku lagi. Saya jadi semakin suka berlatih berjalan.

"Terima kasih dokter, " saya mengucapkan terima kasih lagi sebelum pulang.

***
Libur sekolah sudah usai. Saya sudah semakin pulih. Dan harus bisa mengajar di sekolah. Tidak dari rumah lagi. Sebelumnya saya menghubungi kepala sekolah. 

Pada saat itu mau pembagian rapot. Sepulang dari RS habis kontrol rutin, dua kali dalam sebulan. Sengaja mampir ke sekolah sekalian menjumpai kepala sekolah. Memperlihatkan kondisi saya sudah semakin pulih dan sudah bisa mengajar di sekolah lagi.

Kehadiran saya di sekolah disambut baik oleh kepala sekolah. Sungguh membuat saya terharu. Begitu juga dengan teman-teman rekan guru.

Keperluan saya saat itu ke sekolah yaitu untuk menandatangani rapot anak-anak.

Setelah menandatangani rapot saya menjumpai kepala sekolah di ruangannya.

Saya masuk ke ruangan kepala sekolah setelah ketuk pintu dan disuruh masuk.

"Masuk Bu Ester, silahkan duduk, bagaimana keadaannya? Jika belum pulih benar jangan dipaksakan." Ujar Pak Kepsek.

"Sudah semakin membaik Pak, tapi kaki masih 15 kilo bisa menapak. Belum bisa full. Karena patah kakinya mendekati sendi dan sangat rawan. Jika dipaksakan akan riskan dan cepat terjadi proses pengapuran. Tapi begini Pak. Jika nanti saya mengajar. Bolehkah minta kelas di bawah?"

"Iya Bu Ester, nanti kita buat kelas khusus di bawah buat ibu."

"Terima kasih Pak."

"Ada lagi Pak, kaki saya masih susah jongkok. Sedangkan WC sekolah tidak ada WC duduk. Bolehkah Pak, dibuatkan saya WC duduk."

"Ok Bu Ester, tenang saja, nanti kita buat WC duduk buat Ibu."

"Terima kasih Pak,"

Kemudian Pak Kepsek bercerita bahwa dia pernah juga kecelakaan. Pergelangan kakinya patah dan selama 3 bulan dirawat. Bedanya Pak Kepsek dibawa ke tukang urut patah tulang. Jadi tidak dioperasi. 

Setelah lama mengobrol dengan kepala sekolah, saya pamit pulang. Berhubung diantar tetangga saat itu. Tidak enak mereka terlalu lama menunggu.

 ***
Libur sekolah sudah usai, saya masuk kerja pada hari Kamis. Sesudah MPLS. Kelas saya di samping perpustakaan sebenarnya itu adalah ruangan lab fisika dan dipakai juga untuk ruangan OSIS. Hari pertama ngajar sangat mengasyikkan. Tetapi WC duduk belum ada. Sempat kebingungan mau buang air kecil ke kamar mandi. Pertama ke kamar mandi, atas saran Bu Orlin pakai kursi besi.

Pertama lolos, kedua kalinya tidak lolos alhasil membuat celana basah kuyup. Masih untung celana hitam dan celana dalam serta short juga tidak menyerap air. Membuat celana tidak terlalu basah. Tapi lumayan dingin. Teh Lely petugas kebersihan, menyarankan pakai rok anak saja. Kemungkinan ada size besar.

Benar ada size besar, dan akhirnya ganti memakai rok. Saya masih ada jam mengajar sampai jam 3 sore. Celana kena kencing jam 12. Anak-anak juga tidak terlalu memperhatikan bahwa saya berganti pakaian. Keesokan harinya di sekolah bertemu dengan kepala sekolah ketika mau ke kamar mandi.

"Bagaimana Bu Ester, bisa ke kamar mandinya."

"Tadi tidak bisa Pak, sempat basah celananya."

"Sabtulah dipasang ya Bu, maaf terlambat, banyak pekerjaan kita karena siswa baru melebihi target."

"Tidak apa-apa Pak, terima kasih.

Benar saja hari Senin ke sekolah, salah satu kamar mandi sedang pembongkaran. Setelah 3 hari berlalu, WC duduk akhirnya jadi. Rabu jam saya kosong. Besok Kamis dan Jumat ada jam. Tak usah khawatir lagi ke kamar mandi. Saya mengucapkan terima kasih kepada kepala sekolah, telah menyediakan fasilitas untuk proses penyembuhan.

Dengan adanya fasilitas itu membuat saya menjadi lebih nyaman. Saya merasa terharu, tingkat kepedulian dan perhatian kepala sekolah dan teman-teman sejawat. Terima kasih untuk semuanya. Sekolah kita semakin maju dan begitu juga anak didiknya tetap memiliki budi pekerti yang luhur. Beberapa hari ini bersama dengan anak-anak mereka sangat prihatin melihat kondisi saya. Ada saja anak yang menawarkan diri untuk membantu.

Menjadi penyandang disabilitas sementara waktu. Membuat aktivitas terhambat bahkan sangat ketergantungan terhadap orang lain. Kenapa saya memerlukan WC duduk. Karena kaki habis kecelakaan, dan patah mendekati sendi. Dan itu sangat rawan. Jika dipaksakan beban berat badan tertumpu pada kaki yang patah. Untuk mencegah hari tua nanti tidak cepat terjadi pengapuran. Dokter selalu mengingatkan agar tetap mengikuti anjurannya.

Semoga juga fasilitas untuk penyadang disabilitas lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah setempat. Pernah pengalaman juga dua bulan lalu. Kami mau makan steak di mall terdekat di daerah rumah. Saya menanyakan kursi roda. Satpam mengatakan, bahwa kursi roda tidak ada. 

Terapi ada lift khusus untuk disabilitas. Jadi tidak bergabung dengan pengunjung yang lain. Cuma terlalu jauh berjalan menggunakan tongkat lumayan capek. Terkurung di rumah beberapa lama, sangat butuh suasana baru. Karena kaki mulai membaik sudah beberapa kali jalan ke mall terdekat.

Merasa sangat bersyukur, sudah bisa bekerja seperti biasa walaupun bantuan tongkat. Puji Tuhan, semuanya sudah berlalu. Muzijat terjadi setiap hari. Segala yang tidak mungkin menurut saya, tetapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. 

Puji syukur segala berkat berlimpah dari-Nya. Kebaikan dan kebajikan melingkupi hidup dan sangat terasa di saat saya ditimpa musibah. Kasih sayang suami dan buah hati paling cepat memicu proses penyembuhan.

Erina Purba
Bekasi, 27072022

Kebajikan Mettasik
Maybank Finance

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun