"Maukah kau menerima aku yang sudah bercela," Amira menatap kekasihnya dengan sendu. Jantungnya berdegup kencang menunggu jawaban Anwar.
"Hati ini tetap setia menunggumu, kita sama-sama sudah tercela. Mengalami kegagalan pernikahan, aku juga merasa ragu apakah kau masih mau menerimaku?" Ujar Anwar
"Aku juga tetap masih ingat kamu, takdirlah yang membuat aku berpisah darimu. Aku berharap ini adalah akhir dari derita yang telah lama berlalu.Â
"Iya Amira, apakah keluargamu mau menerimaku, tapi sekarang aku tetap mempertahankanmu walaupun mereka tidak setuju." Anwar bertekad untuk melamar Amira apapun rintangannya.
"Sekarang keputusan di tanganku, mereka telah menyesal menjodohkanku." Amira menjelaskan tentang keadaannya sekarang.
Setelah beberapa kali bertemu. Hubungan Anwar dengan Amira semakin erat begitu juga dengan anak-anaknya. Amira terus berusaha mencari tahu dimana berada suaminya. Minta surat cerai resmi.Â
Seperti ditelan bumi tiada kabar dari suaminya.Â
"Bagaimana caranya kita bisa menikah, aku belum resmi bercerai," ujar Amira di suatu hari, senja menemani di beranda rumahnya.
"Aku bantu mencari sayang, semoga bisa ditemukan."
"Aku serahkan padamu sayang. Sudah lima tahun berlalu tiada kabar darinya. Entah dimanakah dia, saat terakhir kali aku dipukuli olehnya sempat juga dibawa ke RS oleh tetangga. Hingga saat ini dia belum ada kabar."
Anwar meraih Amira ke pelukannya. Tak bisa dibayangkan bagaimana keadaan Amira saat itu.