"Aku tidak mau tahu Arini. Biar Arman tahu siapa istrinya," Aisyah masih teguh pendiriannya ingin merebut Arman dari Mira.
"Kasihan anak-anak Aisyah, mereka masih kasih sayang Ayahnya." Arini tetap berusaha memberikan pengertian kepada Aisyah.
"Mereka sudah mau bercerai walaupun belum ketemu denganku. Aku tidak bersalah, dia yang bersalah. Menggunakan akal liciknya menjerat Arman Arini."
"Apakah separah itu kisah ceritanya," Arini tidak tahu kisah sebelumnya. Arini berteman akrab dengan Aisyah masih seumur jagung. Lebih kurang tiga tahun.
Arini memang membantu Aisyah membuat akun facebook. Arini pikir agar Aisyah menemukan kekasih hati yang sudah lama tidak bertemu. Berulang kali Aisyah dijodohkan oleh orang tuanya selalu gagal. Sebab di hati Aisyah hanya ada Arman seorang. Padahal Arman sudah dua kali menikah bahkan sudah punya anak. Dari istri pertama memiliki satu orang anak. Istri kedua memiliki dua orang anak masih usia SD. Yang bungsu kelas satu, sulung kelas dua.
Hati Aisyah terukir indah dan permanen di hati yang paling dalam. Janji mereka ketika kisah cinta pada masa putih abu-abu terukir indah di pohon sekolah. Bahkan berjanji setia sampai mati. Jika melanggar janji pernikahannya gagal dan berujung cerai.
 Hubungan mereka tidak dapat restu meskipun saat itu Arman sudah mulai menginjak sukses. Sudah bekerja di kantor pemerintah. Tetapi karena beda agama ayah Aisyah tidak setuju.
Aisyah nekat kabur dari rumah. Merantau jauh ke Jakarta. Aisyah berusaha melupakan semua hal yang menyakitkan. Bahkan Arman saat itu datang lagi melamar ke rumah Aisyah dan bersedia mengikuti agama Aisyah.
Suatu sore di beranda rumah, Arman hadir, masih berharap orang tua Aisyah bersedia menerima dia menjadi menantu.
"Om, saya bersedia mengikuti Aisyah apapun itu. Saya sudah berjanji sehidup semati dengannya," ujar Arman
Ayah Aisyah kaget, melihat Arman, memandang wajahnya apakah itu tulus diucapkan.