Sumber gambar
Shooting Membacakan Cerita Misteri
Selamat sore sobat kaskuser berjumpa lagi dengan saya di tread tentang pembacaan cerita misteri.
Semoga sobat kaskuser sehat dan bahagia selalu.
Membaca merupakan hobi yang saya senang sejak mulai bisa membaca. Banyak pengetahuan baru yang didapat dari membaca. Selain membaca puisi, cerita sehingga bisa menulis dan menjadi penulis.Â
Walaupun memasuki usia senja keinginan terpendam untuk tampil di depan umum tidak menghalangi. Semua impian terwujud ketika sudah berumur. Impian masih banyak kelak cerita dongeng yang saya bacakan akan di dengar di seluruh dunia. Sekarang saya masih mencoba membacakan puisi diiringi dengan lagu. Biasanya disebut puisi musikalisasi.Â
Puisi yang saya tulis dan kemudian dibacakan melalui alat rekam handphone. Hasilnya masih amatir tapi termasuk lumayanlah. Karya kita bisa muncul kembali melalui media lain seperti YouTube, TiK Tok.Â
Beberapa minggu lalu dapat tawaran dari klub literasi membacakan cerita misteri dan divideokan. Pembacanya terdiri dari 5 orang. Event ini menguji adrenalin, secara saya paling takut cerita horor. Ternyata setelah memberanikan diri membaca cerita tersebut. Tidak terlalu menakutkan. Saya berulangkali membacanya sehingga menemukan tanda-tanda baca yang berupa :
 1.  Intonasi
Intonasi merupakan tinggi rendahnya nada suara ketika kita membaca. Intonasi terlihat dari tanda baca seperti, koma, seru , tanya dan titik.
 2.  Ekspresi
Ekspresi merupakan gerakan wajah saat membacakan cerita. Mimik atau gerakan wajah sesuai dengan isi cerita. Bila senang raut wajah juga berseri. Jika sedih raut wajah juga sedih.
 3. Tekanan
Tekanan suara disesuaikan dengan tanda baca. Keras lambatnya nada suara ketika membaca.
 4.  Penghayatan
Membacakan cerita dibutuhkan penghayatan yang cukup. Terlibat dalam isi cerita. Seolah-olah cerita tersebut kita yang mengalaminya.
Pengalaman membaca cerita misteri merupakan pengalaman pertama naga saya dan itu juga mengikuti event. Banyak halangan ketika membaca cerita misteri.Â
1. Â Waktu
Dibutuhkan waktu hening. Saya pilih jam dini hari. Terbangun jam 3 dini hari langsung saya ambil peralatan shooting berupa handphone, kertas. Handphone ada dua, satu sebagai lampu untuk penarang biar temaram. Kemudian kertas untuk mencatat cerita misteri tersebut.
Sumber gambar dokpri
 2.  Shooting berkali-kali
Membaca cerita misteri tersebut berulang kali salah. Bahkan lidah kadang tidak bersahabat. Sudah bagus di awal di tengah tiba-tiba salah ucap. Akhirnya ulang lagi. Mungkin ada sepuluh kali ulang baru bisa membuahkan hasil yang bagus menurut saya bagus. Setelah dikirim ke grup ternyata intonasi pengucapan tanda baca ada yang kurang. Kemudian shooting lagi sekitar jam 5 pagi. Masih saja tetap diulang-ulang agar hasilnya bagus sesuai dengan teks isi cerita.
 3.  Latar
Menggunakan latar gelap diwarnai lampu temaram. Kostum menggunakan baju hitam, menambah aura misteri agar isi cerita yang dibacakan semakin hidup.
Demikian pengalaman pertama saya sebagai pembaca cerita misteri bersama tim yang ternyata penulis hebat dan handal di Kompasiana. Senang rasanya ambil bagian bersama mereka. Hal baru dan menakjubkan. Kelak ingin membacakan dongeng hasil karya sendiri.Â
Erina Purba
Bekasi, 13092021
Sudah ditulis di Kaskus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H