Bila itu masuk sekolah setiap pelajaran akuntansi, aku usahakan tidak masuk. Izin ke guru piket dengan alasan sakit perut. Piket percaya saja berhubung zaman itu badanku kurus kering. Tinggi 162 berat 45 kg.
Apa yang terjadi setelah aku selalu bolos. Tidak bisa mengikuti pembelajaran akuntansi. Tidak tahu apa-apa lagi tentang pelajaran itu. Termasuk pelajaran yang lain kena imbasnya juga.Â
NEM yang aku terima nilainya menyedihkan ikan mas semua. Apalagi akutansi menyakitkan, di izajah tertulis 5. Menyebalkan mengingat itu. Nilai, SD, SMP sungguh menakjubkan, bahkan saat SD nilai matematika 9 di izajah.
Padahal aku suka pelajaran hitung-hitungan tetapi karena gurunya selalu ambil andil memanggilku selagi belajar, akhirnya aku benci pelajarannya. Bahkan pada saat belajar buku paket juga tidak bawa. Benar-benar masa SMK menyedihkan tidak ada kenangan indah.
Sekarang aku di posisi wali kelas.  Sekolah swasta gaji dari siswa. Dengan menejemen sekolah menekan wali kelas menagih tunggakan orang tua. Sesopan mungkin berbicara dengan orang tua. Bila berhadapan dengan uang sangat riskan apalagi  masa pandemi sekarang ini.
Sebelum pandemi tunggakan disampaikan lewat anak dengan dipanggil satu-satu. Menyampaikan dengan bahasa yang tidak menyinggung perasaan anak.
"Tolong sampaikan kepada orang tua bahwa tunggakan sekolah sekian. Kamu jangan terlalu memikirkan, cukup orang tua saja yang bertanggung jawab di sini. Tugasmu adalah belajar."
Sebisa mungkin aku memahami anak-anak. Bahkan orang tua, bila ada yang memohon. Aku segera saja mengabulkan. Kadang orang tua mengalami kepahitan untuk hidup.Â
Yang penting mereka datang menghadap. Dengan seperti itu mereka merasa longgar tidak dihantui perasaan bersalah belum bayar tunggakan. Memberikan kelonggaran seperti itu malah kadang rezeki mereka lancar dan tunggakan juga lancar.
Sebisa mungkin menghadapi orang tua dengan pengalaman yang pernah aku alami. Semoga keadaan ini segera berakhir. Berkat mengalir demi anak bangsa.