"Boleh juga Dinda, ditambah juga uang THR kita bulan depan. Bisalah kita rancang nanti."
"Segeralah Kanda, aku sudah bosan setiap hari dipelototi sama si curut. Dia muncul dari plapon dapur yang ada kaca untuk penerang."
"Ok, nanti Kanda hubungi Pak Gunawan agar segera merenovasi rumah kita."
"Terima kasih Kanda," Ruwetta sambil mengecup bibir Ranto mereka melanjutkan hubungan suami-istri malam yang indah.
Keesokan harinya, Ruwetta pulang dari tempat kerja hari sudah malam kebetulan tadi lembur satu jam. Jalanan macet membuat dia lama di jalan. Kelelahan terpampang di wajahnya. Cuaca cukup cerah dan membuat suasana gerah. Dia segera mandi, tapi masih gerah akhirnya dia hanya memakai sarung tanpa pakaian dalam.
Ruwetta sudah selesai makan malam, masih memakai sarung, dia terlihat capek sekali. Tidak berapa lama sambil menunggu suaminya pulang, dia rebahan di kamar. Dengan dibelai angin sepoi-sepoi oleh kipas angin, sambil tangannya tidak henti mengipasi wajahnya dengan kipas yang terbuat dari bambu. Lama-lama dia tertidur.
Curut juga beraksi, perlahan-lahan dia turun dari atap rumah. Pertama-tama mencari makanan di dapur, karena dapur bersih. Si curut pergi ke kamar. Dia lewat langit-langit kamar, karena tidak pakai plapon mudah masuk ke kamar.
Si curut mengendus aroma yang memabukkan dari tubuh Ruwetta. Tak berapa lama dia sudah masuk ke sarungnya sambil mengendus-endus akhirnya menemukan aroma wangi tadi. Dia asyikkk mencium vagina Ruwetta.
Ruwetta hanya menggelinjang mengira belahan jiwa yang menjamahnya. Si curut penasaran dan lapar dia mulai menggigit sedikit benda kenyal itu. Ruwetta mulai kesakitan akhirnya dia terbangun dan berteriak kencang.
"Aissss, huhh aku kira suamiku ternyata curut, apes banget. Ini nih gara-gara tidak punya plapon," Ruwetta kalang kabut mengusir si curut.
Ranto pulang, dia mendengar suara umpatan sang bini.