Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belaian yang Sangat Menyakitkan

22 Oktober 2020   06:54 Diperbarui: 22 Oktober 2020   07:12 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar artlinearsitek.com

Hujan gerimis setelah sore hari menjelang malam.

Ranto baru pulang narik angkot, dengan baju basah kuyup karena ketika di jalan menuju pulang hujan deras.

"Dinda sayang, aku pulang," Ranto memanggil bininya agar pintu segera dibuka.

"Iya Kanda sayang, tunggu! Aku datang,"Ruwetta membuka pintu, rambutnya masih dibungkus handuk sehabis mandi.

"Bajumu basah Kanda, segeralah mandi, tadi aku sudah siapkan air hangat di kamar mandi."

"Terima kasih Dinda sayang, kamu memang istri paling pengertian deh, "Ranto sambil menowel pipi sang bini.

Setelah mandi, makanan sudah tersedia di meja makan. 

"Enak nih Dinda, ada petei kesukaanku."

"Lagi murah, makanya aku belikan untukmu."

Mereka menikmati makanan yang sangat lezat dan sederhana, ikan teri disambal bersama sayur labu, ditemani petai. Setelah makan seperti biasa mereka mengobrol dulu, rumah sepi dan lengang, belum dikaruniai anak sudah lima tahun berumah tangga.

"Kanda, tadi ketika hujan deras, rumah ini sepertinya penuh dengan gaung musik, maklumlah plaponnya belum juga kita buat. Sepertinya uang tabungan yang dipegadaian sudah cukup membuat plafon.

"Boleh juga Dinda, ditambah juga uang THR kita bulan depan. Bisalah kita rancang nanti."

"Segeralah Kanda, aku sudah bosan setiap hari dipelototi sama si curut. Dia muncul dari plapon dapur yang ada kaca untuk penerang."

"Ok, nanti Kanda hubungi Pak Gunawan agar segera merenovasi rumah kita."

"Terima kasih Kanda," Ruwetta sambil mengecup bibir Ranto mereka melanjutkan hubungan suami-istri malam yang indah.

Keesokan harinya, Ruwetta pulang dari tempat kerja hari sudah malam kebetulan tadi lembur satu jam. Jalanan macet membuat dia lama di jalan. Kelelahan terpampang di wajahnya. Cuaca cukup cerah dan membuat suasana gerah. Dia segera mandi, tapi masih gerah akhirnya dia hanya memakai sarung tanpa pakaian dalam.

Ruwetta sudah selesai makan malam, masih memakai sarung, dia terlihat capek sekali. Tidak berapa lama sambil menunggu suaminya pulang, dia rebahan di kamar. Dengan dibelai angin sepoi-sepoi oleh kipas angin, sambil tangannya tidak henti mengipasi wajahnya dengan kipas yang terbuat dari bambu. Lama-lama dia tertidur.

Curut juga beraksi, perlahan-lahan dia turun dari atap rumah. Pertama-tama mencari makanan di dapur, karena dapur bersih. Si curut pergi ke kamar. Dia lewat langit-langit kamar, karena tidak pakai plapon mudah masuk ke kamar.

Si curut mengendus aroma yang memabukkan dari tubuh Ruwetta. Tak berapa lama dia sudah masuk ke sarungnya sambil mengendus-endus akhirnya menemukan aroma wangi tadi. Dia asyikkk mencium vagina Ruwetta.

Ruwetta hanya menggelinjang mengira belahan jiwa yang menjamahnya. Si curut penasaran dan lapar dia mulai menggigit sedikit benda kenyal itu. Ruwetta mulai kesakitan akhirnya dia terbangun dan berteriak kencang.

"Aissss, huhh aku kira suamiku ternyata curut, apes banget. Ini nih gara-gara tidak punya plapon," Ruwetta kalang kabut mengusir si curut.

Ranto pulang, dia mendengar suara umpatan sang bini.

"Dinda, buka pintunya!"

"Iya Kanda." Ruwetta masih memakai sarung membukakan pintu.

"Kenapa kamu teriak-teriak, kedengaran lho dari luar."

"Tadi si curut menggigit vaginaku, sakit tau, aku kira Kanda yang menciumnya."

"Makanya kalau tidur pakai celana dalam, biar si curut tidak mengendus aroma itumu, ha .... ha .... ha ...." Ranto tertawa sampai perutnya sakit.

"Tidak lucu, istri kesakitan malah diketawain. Pokoknya besok rumah ini segera diperbaiki ya, kalau tidak mendingan aku ngontrak rumah yang bagus."

"Ok Dinda sayang, siap 86, besok jadwal liburku. Aku bisa membantu tukangnya.

"Ok Kanda, terima kasih. Sudah sana segeralah mandi, biar aku siapkan makanan.

Sudah ditulis di blog secangkir kopi bersama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun