Setelah puas foto- foto dan menikmati panorama indah Gunung Ciremai jam satu siang kami turun gunung menuju tenda masing-masing. Rombongan kami masih ada dua orang yang tertinggal di puncak, mereka sampai di tenda kira-kira jam 7 malam, setelah mereka sampai, kami makan malam.
Hari mulai gelap Sang Surya tenggelam berganti dengan gelap atau malam hari.
Hitam pekat di sekeliling hutan, seolah- olah para penghuni abadi  hutan  memantau kegiatan kami. Ketua rombongan memberi komando agar semua siap-siap untuk turun gunung.
"Kita turun sekarang, berhubung persiapan bekal kita sudah menipis," ujar Ustadz Hasan sambil membereskan tenda-tenda peralatan kemah ke tas masing-masing.
"Siap, Pak Ustadz," sahut Eric yang paling berani selain ketua rombongan.
Perjalanan turun gunung awalnya biasa saja tidak ada apa-apa menyusuri jalan setapak. Kemudian tidak berapa lama salah satu teman kami minta istirahat yang bernama Arman.
"Minum  madu dulu Man,"Aku sambil memberikan madu dan air putih untuk Arman agar tenaganya cepat pulih karena perjalanan masih jauh.
"Terima kasih, Rob,"Arman sembari meminum madu dan air putih.
"Sama-sama, Man," ujarku sambil menerima botol madu dari Arman.
Sesudah Arman mendingan kami melanjutkan perjalanan. Melewati kuburan kuda, konon katanya sering terjadi kejadian mistis. Ketua rombongan kami pernah lihat penampakan putih di kejauhan.
Berselang beberapa lama Eric barisan paling belakang tiba-tiba lari kencang mendahului kami, padahal dia terkenal berani lho.