Mula-mula kecil sehingga yang terakhir kalinya mungkin kedelapan kalinya darah segenggam perasaan saya keluar. Akhirnya saya lemas tak berdaya perasaan maut sudah menjemput. Tapi saya masih ingat kedua buah hati yang masih memerlukan kehadiran sang ibu. Saya berusaha memanggil dokter kebetulan mereka sedang mengobrol menunggu giliran jaga.Â
"Dokter, saya sudah lemas," lirih suara saya sampai kedua kalinya dokter itu segera lari. Dan urgent saya didahulukan operasi kuret, kiri kanan sudah siap infus. Ibu jangan tidur ya. Mereka sudah kesusahan mencari urat nadi yang bisa dimasukkan infus.Â
Kemudian saya dibius total. Setelah sadar ada rasa sakit di vagina, susah kencing. Darah masih mengucur. Setelah keesokan harinya setelah diizinkan bidan sudah bisa sendiri ke kamar mandi. Paling kesalnya tidak boleh ada yang menunggu, sang suami menunggu di luar kamar inap.
Itulah pengalaman saya yang paling menyakitkan selama hidup. Tapi melihat anak-anak bertumbuh besar, sehat dan bijak, sakit yang saya rasakan ketika melahirkan sudah lupa.
Sudah ditulis di Kaskus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H