Mohon tunggu...
Lestari Ningsih
Lestari Ningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis; menulis apa yang dilihat, dipikirkan, dan dirasakan. Memberi inspirasi dan manfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

“Oemar Bakri”

4 April 2020   11:16 Diperbarui: 4 April 2020   11:34 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Wis toh, ikuti saja permintaan Pak Guru”. Meskipun sudah pensiun masih saja panggilan Pak Guru menjadi bahasa sapaan tanpa pensiun.

“Jangan pikirkan Mbok Nah, gampang. Tuh Ina juga sudah mulai bisa bantu”. Cucu satu-satunya sejak kedua orang tuanya meninggal dunia karena kecelakaan. Dia saja yang selamat dari musibah itu. Terpental di tepi jalan. Warga yang menyambar berkejaran dengan motor lawan berguling-guling ke arah Ina. Kecelakaan beruntun, karena truk depan rem mendadak.

Sepertinya Mbok Nah paham saja yang aku pikirkan. Bukan karena sejak kelas satu SMA aku sering membantu berjualan. Apalagi satu tahun ini, aku full ikut berjualan di pasar dengannya. Jadi, sudah tahu perasaan dan pikiran masing-masing.

“Bapak tidak ada uang, Mbok. Kuliah mahal”.

Sering aku dengar dari teman-teman sekolah ketika bertemu di pasar. Bercerita tentang biaya kuliah yang berjajar. Kalau neruntung dapat beasiswa. Kalau beruntung.

“Pak Guru orangnya begini. Jempol ‘kewut’ Mbok Nah masih saja berkata jujur. Mosok koe nggak kepingin niru?”. Pertanyaan yang meluluhkan kesombonganku untuk bertahan tidak kuliah.

*****

Keunikan sifat siswa-siswaku menguatkan permintaan bapak. Bertahan dan ubah pola mengajar karena harus bersaing dengan perkembangan teknologi. Kalau yang dilakukan bapak adalah melempar kelembutan senyum, menebar benih kasih hingga semua murid-murid selalu saja sowan berkunjung ketika pulang dari kota. “Pak Guru kalau mulang memang begini!”.  Jempol yang sama dengan jempol Mbok Nah, ditunjukkan salah satu murid bapak.

*****

Mengajar 5 tahun, memberi pengalaman berbeda. Lagu Oemar Bakri sudah tidak berlaku lagi untuk masa saat ini. Gaji tidak menjadi ploblem. Guru sudah pada makmur. Berebut menjadi guru ketimbang profesi dokter atau insinyur. Tidak ada guru yang tidak punya mobil. Minimal motor metic disetiap rumah mereka. 2/3 kadang tak cukup.

Belakangan baru aku tahu bahwa bapak mengadaikan ontelnya buat aku. Tumbal untuk keberhasilanku. Tumbal yang sudah aku tebus dan kurawat sampai saat ini. Tumbal yang membuka pintu hatiku untuk ngrumat dan mengabdi kepada anak-anak didikku. Melempar senyum dan menebar benih kasih, Oemar Bakri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun