Mohon tunggu...
Lestari Ningsih
Lestari Ningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis; menulis apa yang dilihat, dipikirkan, dan dirasakan. Memberi inspirasi dan manfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

“Oemar Bakri”

4 April 2020   11:16 Diperbarui: 4 April 2020   11:34 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Hospot, nih!”

“Ke workop, saja!”

“Bu, maaf saya belum bisa beli paketan!”, japri Guritno.

“Mboten nopo-nopo kok, umpami nilai kulo minim”, melas Welas disela kesibukannya membantu si mbah jualan ketan bumbu dan kopi di pasar. Ah, seperti aku dulu. Jadi ingat Mbok Nah.

*****

“Mboten usah kuliah, Pak. Pensiun e Bapak mboten cukup”. Kuliah butuh biaya dan bayar SPP harus tepat waktu. Tidak terpikirkan. Ikut jualan nasi pecel di pasar sama Mbok Nah saja sudah cukup.

*****

Ibu meninggal dunia sudah tiga tahun yang lalu. Kebutuhan rumah nerkurang satu. Pensiun bapak 250 ribu per bulan dengan golongan IIb di masa itu sudah sangat lumayan. Tapi karena moneter memporak-porandakan ekonomi, sehingga berapapun bendapatan tetap saja harus ‘diputer-puter’.

“Kuliah itu penting, Nduk. Bapak pingin kamu mewarisi cara Bapak mengabdi buat mereka”. Selalu saja menyampaikan keinginannya disaat aku usai mengerjakan PR di malam hari. Terkadang aku pertanya tentang pelajaran sejarah yang sulit aku pahami. Menemaniku sambil nyetel ‘warta berita’ dari radio RRI Surabaya.

*****

“Sudah tahun ini kamu harus kuliah!”. Perintahnya tidak dapat ditawar lagi. Mbok Nah juga mendukung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun