Horee, gemuruh tepuk tangan di sela pelajaran Bahasa Inggris itu begitu membahana.  Bu Esti memang sangat peduli dengan prestasi murid-muridnya maka dengan sungguh-sungguh beliau tiada henti menyemangati, memotivasi, dan  menginspirasi para muridnya.
"Jatmiko, kelak orang tidak akan melihat kekerean kita namun ini kita," ucap Bu Esti,sambil menunjuk kepalanya. "Perbaiki sikap tubuhmu, jangan merasa rendah diri, kamu bisa, ibu dukung kamu bila kamu ingin masuk di Fakultas Kedokteran UGM,"
"Bisakah saya, bu? Nilai saya kan kalah dari Ratih,"
"Bagi saya kamulah yang terpandai. Teruslah berdoa pasti cita-citamu akan tercapai,"
Ucapan bu Esti seperti sebuah cemeti ajaib yang sanggup melecut keraguan di hatinya menjadi bara yang meletup-letup. Bismillah, di lembar formulir pengisian program penelusuran bakat minat jalur bidikmisi dia beranikan untuk mengisi jurusan pendidikan Dokter di Universitas Negeri Gajah Mada Yogyakarta.
Ruang guru pun heboh. Ada pro kontra. Harusnya Jatmiko tidak mengambil jurusan Kedokteran. Biayanya mahal. Harusnya dia mengambil universitas yang dekat saja. Dan masih banyak harusnya harusnya lagi.
Karena mahabahnya guru-guru ingin agar Jatmiko tidak terlalu tinggi mengambil pilihan jurusan di Universitas. Karena mahabahnya pula guru-guru ingin agar Jatmiko bisa kuliah dengan waktu singkat dan cepat memperoleh pekerjaan. Â
Jatmiko pun terlihat murung demi didengarnya banyak guru yang tidak berpihak padanya. "Tenang, Bro. Pak Hendra dan Bu Esti kan masih mendukungmu. Ayolah, cheer up kata bu Esti," seloroh Endy.
 Ruang Bimbingan Konseling tiba-tiba riuh rendah. Guru-guru terlihat saling membelalakkan mata. Antara percaya dan halusinasi. Murid-murid juga terlihat lalu lalang memadati koridor sambal melongokkan wajahnya ke kaca-kaca jendela. Pak Sam sang empunya ruangan terlihat serius berdiskusi dengan pak Hendra. Pasti bukan urusan telur asin. Maklum mereka berdua memang diberi kewenangan untuk kegiatan praktek membuat telur asin di sekolah. Bahkan telur asinnya sudah memiliki berbagai rasa, ada rasa bawang, rasa pedas, rasa balado. Bila ada kegiatan di sekolah telur-telur asin itu ikut dipamerkan serta diperjualbelikan.
Pak Sam dan pak Hendra memang terlibat dalam proses pendaftaran murid yang akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi termasuk pendaftaran lewat jalur undangan dengan menggunakan nilai rapor. Di sini lah peran mereka dibutuhkan untuk mengarahkan murid dalam mengambil jurusan yang sesuai dengan bakat minat mereka.
Pak Sam sendiri  adalah guru Bimbingan Konseling yang sangat serius menangani permasalahan yang dihadapi murid.  Sangat sering beliau  mencarikan solusi terbaik bagi para muridnya. Tapi jangan coba-coba mengajaknya bercanda apabila beliau sedang out of the mood, bisa mati kutu. Beliau kan sudah makan banyak asam garam kehidupan maka masalah berat bagi murid akan dianggap trivial olehnya. Kecil, begitu sindirnya. Seperti kata Gus Dur, gitu saja kok repot.