Mohon tunggu...
Lestari Zulkarnain
Lestari Zulkarnain Mohon Tunggu... Guru - Berusaha menjadi lebih baik di setiap moment dalam hidup.

Menulis itu menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Ditolak, Dukun Bertindak

11 November 2022   06:58 Diperbarui: 11 November 2022   06:59 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Karya: Lestari Zulkarnain 

Penolakan cinta yang dilakukan Dita menorehkan luka di hati Ferdi. Dita menolak cinta Ferdi dengan alasan karena Ferdi masih menganggur. Ferdi tidak terima jika dirinya dibilang pengangguran karena pemuda itu bekerja di pabrik milik ayahnya. Menurut Dita, Ferdi belum mandiri, masih tergantung pada orang tua. 

Akhirnya Ferdi bersama Udin- karyawan pabrik ayahnya, pergi ke orang pintar untuk meminta jimat pengasihan. Ferdi bermaksud mengguna-guna Dita agar tergila-gila padanya.

Sabtu pagi, Ferdi dan Udin pergi ke Tasik untuk meminta jimat yang mampu membuat orang lupa diri.

Mereka berdua sampai ke tempat yang dituju yaitu rumah Mbah Tujo, seorang dukun yang sudah terkenal di daerah Tasik.

 Ferdi mengutarakan maksudnya. Mbah Tujo langsung mengetahui dan memahami masalah Ferdi. Setelah itu, Mbah Tujo langsung komat-kamit membaca mantra dan menuliskan sesuatu pada sebuah kulit yang bentuknya mirip kulit harimau.

"Bawalah jimat ini dan simpan selalu di dompetmu, jangan sampai diketahui oleh perempuan yang kamu cintai itu," ucap mbah Tujo seraya memberikan jimatnya.

"Baik, Mbah," jawab Ferdi. Setelah memberikan mahar, Ferdi dan Udin pamit pulang. 

**

"Din, aku penasaran,  jimatnya sudah berfungsi apa belum, ya," ucap Ferdi sembari memperhatikan jimat pemberian Mbah Tujo. 

 "Coba saja nanti malam kamu datangi Dita, lalu apa reaksinya," ucap Udin.

"Ok."

Ferdi mengirim SMS pada Dita. 

[Dit, nanti malam kita nonton, yuk]. Tak menunggu waktu lama, Dita langsung membalas.

[Yuk]

"Luar biasa, jimatnya sangat manjur," ucap  Ferdi sambil tersenyum puas. 

"Keren," ucap Udin. 

_____

Malam yang ditunggu akhirnya tiba. Selepas Maghrib, Ferdi ke rumah Dita untuk apel.

Sungguh, penampilan Ferdi sangat menawan. Kali ini Ferdi  menggunakan celana jeans, kaos distro warna hitam, sendal gunung dan rambut yang tertata rapi. Sebenarnya wajah Ferdi tidak begitu tampan. Kulitnya sawo matang dan sedikit pendek. 

Sesampainya di rumah Dita, Ferdi mengetuk pintu dan mengucapkan salam. 

Terdengar jawaban salam dari dalam dan pintu terbuka. Muncul dari dalam Dita yang berpenampilan rapi dan modis. Rambut panjang terurai, make-up agak tebal serta pakaian yang sedikit seksi nenambah kecantikan yang dimiliki gadis incaran Ferdi tersebut. 

Ferdi terbelalak melihat penampilan Dita yang terlihat beda dari biasanya. 

'Wow, luar biasa jimat ini,' batinnya. 

"Yuk," ajak Ferdi sembari mempersilakan Dita untuk naik ke motor meticnya. Dengan malu-malu, Dita langsung naik ke motor tersebut.

Akhirnya mereka pergi ke kota untuk nonton film di bioskop twenty one. 

Selesai nonton, Ferdi mengajaknya makan. Kali ini mereka makan di Kafe yang letaknya tak jauh dari bioskop. 

"Mas Ferdi, maafkan Dita atas penolakan kemarin, ya," ucap Dita dengan nada menyesal. 

"Iya ga apa-apa, yang penting sekarang kamu sudah mau menerimaku," ucap Ferdi sembari tersenyum. Ada rona bahagia terpancar dari wajah pemuda itu.

"Mas, bolehkan Dita minta dibelikan sesuatu?"

"Apapun yang Dita inginkan, akan Mas kabulkan," jawab Ferdi senang. Ia merasa puas, pasalnya Dita sekarang bertekuk lutut dihadapannya. 

"Mas, kita belanja, yuk," ajak Dita merayu. 

"Yuk," jawab Ferdi. Setelah makan, mereka menuju Matahari Mall untuk berbelanja. Dita mengambil barang-barang yang menjadi kebutuhannya, tak hanya itu, dia mengambil beberapa stell baju serta celana jeans. Melihat hal itu, Ferdi sedikit cemas. Dilihatnya isi dompet, untung bawa uang, batinnya.

"Untungnya aku bawa 1.500.000, semoga belanjanya gak banyak," gumamnya 

"Dita, kita pulang, yuk," ajak Ferdi cemas. 'Jika dibiarkan, bisa-bisa jebol ATM-ku,' batin Ferdi. 

Ferdi menggandeng Dita menuju kasir. Setelah dihitung, ternyata habis 1.250.000. Ferdi mengelus dada dan memegang pelipisnya yang keluar keringat dingin. 

"Asem tenan! Ora maning-maning! Jiah... ! Udiin...!" Ferdi berteriak. Dita yang mendengar teriakan Ferdi terkaget. 

"Mas, ada apa? Kok teriak," ucap Dita kaget.

Pasalnya para pengunjung matahari mall memperhatikan Ferdi yang barusaja teriak. 

"Eh enggak," ucap Ferdi sambil nyengir kemudian menggandeng Dita untuk keluar mall menuju parkiran. Sesampainya di parkiran motor, Ferdi langsung menyalakan motornya dan pulang.

Dijalan ....

"Mas, maskasih banget, yah, aku senang banget jalan ma kamu. Besok kita jalan-jalan lagi, yuk."

'Rumangsamu, bisa bangkrut aku,' batin Ferdi. 

"Mas, kok diem aja, sih," ucap Dita lagi. 

Ferdi menambah kecepatan motornya berharap cepat sampai. 

"Eh Mas, jangan kencang-kencang, dong, aku takut," teriak Dita sambil mempererat pegangannya di pinggang Ferdi. 

Ketika hampir sampai rumah Dita, Ferdi menghentikan motornya di jembatan.

"Lho, Mas, kok berhenti?" tanya Dita penasaran. 

"Mas, kok diem aja, kenapa kita berhenti di sini? inikan sungai angker?" ucap Dita kembali. "Mas, kalau mau sesuatu, jangan di sini, nanti di rumah saja." 

Ferdi masih diam. Setelah memarkir motornya, dia mengeluarkan dompet dan mengambil jimat yang dia minta dari Mbah Tujo. 

"Mulai hari ini, aku tidak butuh kamu!" teriak Ferdi sambil membuang jimat tersebut ketengah sungai.

Setelah itu, dia meminta Dita untuk naik ke motor. Tak butuh waktu lama untuk sampai ke rumah Dita, karena jarak rumah Dita dengan sungai tempat membuang jimat tadi tak terlalu jauh. 

Sesampainya di rumah Dita.

Plak! 

Dita menampar Ferdi, "Kurang ajar kamu, Fer! Berani-beraninya kamu mengajakku kencan, hah!"

Muka Dita memerah tanda marah. Ferdi hanya mematung karena tak menyangka begitu dahsyatnya efek jimat tersebut. Ketika dibuang, reaksinya begitu cepat.

Setelah menampar Ferdi, dengan tanpa dosa dia melenggang masuk. 

"Tunggu!" ucap Ferdi.

Dita menghentikan langkahnya dan menengok kearah Ferdi. 

"Kembalikan belanjaan itu, kamu tidak berhak," ucap Ferdi kesal. 

"Enak saja! Heh, setelah kamu mengajakku, lalu seenaknya kamu ingin mengambil barang ini? Ini milikku!"

Setelah mengucapkan itu, Dita masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu dengan keras. 

"Kurang ajar sekali si Ferdi, dikira aku tidak tahu kalau kamu pakai jimat? Jelas aku tahu. Aku sudah merasa ada yang aneh ketika tadi membuang sesuatu di sungai," ucap Dita kesal. "Untung tadi aku minta dibelanjakan, hahaha."

Sementara Ferdi kembali ke rumahnya dengan lesu. Sesampainya di rumah, dia menceritakan semua pada Udin yang kebetulan masih berada di rumahnya. 

Udin tertawa terbahak-bahak. 

"Ferdi oh Ferdi, kamu jadi orang mbok ya jangan terlalu lugu. Harusnya tuh jimat jangan langsung dibuang, buangnya nanti aja kalau dah sampai rumah jadinya kamu bisa ngerayu si Dita untuk ngembaliin tuh barang yang sudah dirampok. Ha ha ha."

Happy reading guess

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun