Mohon tunggu...
Syaf Lessy
Syaf Lessy Mohon Tunggu... -

Ketika lidah kelu tak dapat lagi berkata-kata Ketika bibir kaku tak lagi mau keluarkan suara Hanya disini aku merasa Bisa tuangkannya menjadi kata

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kegagalan Negara Demokrasi di Indonesia

9 Januari 2018   16:32 Diperbarui: 9 Januari 2018   16:46 1849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Pertumbuhan demokrasi kita antara lain juga di sebapkan dari waktu ke waktu oleh asumsi asumsi politik yang keliru dan kerap berbarengan, di dahului atau di ikuti oleh tikungan tikungan buruk di dalam perkembangan politik.asumsi asumsi demikian lahir dari logika dan penafsiran penafsiran politik intern yang pada umumnya terobsesi oleh ideologi ideologi namun tak tercerahkan dalam hal Rasionalitas politik.

Boleh dikatakan tiap asumsi politik yang keliru merupakan hasil dari keterkungkungan pemahaman akan esensi dan tuntutan politik modern. Ia lahir dari perpaduan cakrawala yang picik dari situasi ibarat katak dalam tempurung dengan hawa nafsu akan tampuk kekuasaan atau tumpukan kekayaan. 

Kenyataan ini mengacu kepada atau di percayai oleh para aktor politik di dalamnya sebagai suatu perkembangan sosio politik, sosio budaya dan sosia historis yang bersifat unik yang tak bisa di generalisir sebagai gejala atau laku universal dan karena itu pula tak bisa di rujukan pada paradigma demokrasi atau di simak dalam kerangka Rasionalitas politik menuju solusi universal

Tak berlebihan jika di katakan bahwa rangkaian distorsi, kerancuan, perangkap, dan irasionalitas politik mulai menyeruak lepas kendali sejak demokrasi terpimpin, menjadi sangat parah di bawah orde baru dan berkembang patologis pada era reformasi. Berlakunyanya demokrasi terpimpin mungkin bisa di sebut sebagai tikungan politik terburuk dalam sejarah politik bangsa kita. 

Lantaran mencampakkan asas asas demokrasi yang sesungguhnya merupakan puncak evolusi universal dari peradaban politik umat manusia, ia pun merusak serat serat nasion sebap wakil wakil rakyat sejati dan berkualitas dari daerah daerah yang tersaring melalui pemilihan umum 1955 yang terpuji itu semua tersingkir. Padanya berlakulah negasi destruktif dari hukum symbiosis nasion demokrasi. Tanpa pemeliharaan serat serat nasion melalui demokrasi, nasion itu sendiri pun menjadi terancam. (sumber mochtar pabottingi, paradigma dan distorsi demokrasi)

Banyak analis beranggapan bahwa demokrasi di Indonesia adalah demokrasi bohong bohongan demokrasi yang masih prematur karena lebih merupakan oligarkis yang berbasis pada elit lama warisan Soeharto yang membangun aliansi aliansi baru dengan mantan politisi pembangunan, pelaku pelaku bisnis dan para tokoh sosial kalangan elit dominan di bawah Soeharto tetapi juga aktor aktor berpengaruh yang mendapat peluang hidup bi bawah kuasa Soeharto.

Tetapi bencana terbesar menimpa bangsa ini lewat besarnya dampak bom waktu yang di pasang oleh orde baru berbanding lurus dengan lamahnya format politik darurat yang di jalankan. Kita tahu bahwa presiden Soeharto memang sangat sengaja mempertahankan format politik celaka itu hingga ke titik dimana dia sendiri pun, dengan segenap kesombongannya sungguh sungguh tak lagi bisa menguasai keadaan.

 Kita tahu bahwa Soeharto lengser dalam rubungan irasionalitas politik plus runtutan polemic bencana politik yang benar benar memporak porandakan seluruh sendi sendi Republik dan atau negara nasion kita dan sungguh nyaris meruntuhkannya suatu maha bencana yang terus beranak pinak hingga bertahun tahun setelah bangunan orba tumbang.

Sejak awal era reformasi pada tahun 1998 boleh di kata keseluruhan tatanan berjubah demokrasi dari pemerintah kita secara ceroboh seperti sengaja di tegakkan di atas pilihan pilihan dan praktik praktik distorsi yang parah. Disinilah kita menemukan dampak irasionalitas politik Selengkapnya pelbagai distorsi, perangkap politik, pilihan simalarka dan kerancuan politik sehingga dalam realisasi demokrasi era reformasi mengalami situasi dan dampak negatif dari penggerogotan Rasionalitas politik demokrasi dari tikungan serta perkembangan politik terburuk tadi dalam perjuangan untuk menegakan demokrasi.

Dalam konteks demikian expresi Republik ini telah pudar kita hanya bisa mengeluh dan bergumam, dalam Realitas dan perspektif politik saya sepakat dengan pernyataannya daoed joesoef (menteri pendidikan dan kebudayaan), yang mengatakan bahwa " negara bangsa yang berensek secara politik, maka berensek keadaan ekonomi, hukum, keamanan, pendidikan, pembangunan serta berbagai sektor lainnya alhasil bangsa ini sedang berjalan dengan jiwa yang rapuh, exekutif terjebak pada klaim keberhasilan pembangunan, legislatif bermanuper demi kepentingan sempit partai politik, yudikatif dan penegakan bergerak lambat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun