Di sekolah, Ram mulai mengajar dengan cara terbalik kepada siswa. Ia menulis huruf terbalik dan menggunakan cermin untuk melihat dan membaca tulisan tersebut.
Perlahan tapi pasti, Ishaan mengerti. Ram mulai meluangkan waktunya untuk mengajar Ishaan terpisah dari teman-temannya.
Ram mengggunakan media yang biasa dipakai melukis untuk mengajari Ishaan. Dia juga menyemangati Ishaan untuk melukis dengan baik.
Akhirnya, Ishaan bisa menulis dan membaca layaknya orang normal.
Suatu ketika diadakan kompetisi melukis di sekolah. Lomba itu diperuntukan untuk umum baik guru, siswa bahkan semua orang bisa ikut.
Juri kompetisi tersebut adalah gurunya Ram, Ms. Lalitha Lajmi. Ms. Lalitha Lajmi sampai bingung saat melakukan penilaian.
Alhasil, Ishaan keluar sebagai juara pertama kompetisi melukis tersebut. Semua oramg bersorak bertepuk tangan.
Ram, guru Ishaan sampai terharu. Begitu pula dengan Ishaan. Mereka saling berpelukan dan menitikan air mata.
Akhir semester pun tiba. Saatnya penerimaan rapor.
Orang tua Ishaan juga datang ke sekolahnya. Betapa terkejutnya mereka dengan pengakuan para guru di sekolah tentang Ishaan. Bahkan rapor sekolah bersampul lukisan Ishaan dan Ram, gurunya.
Akhir cerita, ayah, ibu, dan kakakknya menjemput Ishaan pulang ke rumah.