Mohon tunggu...
azhar
azhar Mohon Tunggu... Lainnya - Ingin Jadi Penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Trip

Kenangan yang Tersisa

10 September 2018   06:02 Diperbarui: 10 September 2018   07:07 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam 2 saya solat jama kasar di pesawat soalnya gak bakalan ada waktu dan gak ketemu musola buat solat  sampai ke rumah sakit, takutnya sampai rumah sakit nanti sudah keburu magrib. Yah lumayanlah 5 jam perjalanan semoga gak teras kalo sambil nonton film, eh ternyata saya malah pusing, entah kenapa memang penerbangan akhir-akhir ini saya suka mabuk di pesawat, tapi yang ini kayaknya paling parah, soalnya 30 menit sebelum landing pesawat saya malah muntah, yah taulah kalau perubahan arah pesawat dari ketinggian dan bersiap landing efek getaran pesawat itu terasa sekali.

Saya berusaha tahan sebenaranya tapi muntah saya berkata lain, dia sudah mau banget keluar, dengan sigap saya ambil air sickness bag yang ada di depan saya, kemudian saya tunduk ke arah ibu saya di sebelah dan terjadilah peristiwa itu, aib yang akhirnya menjadi catatan hidup saya.

First time saya mabuk sampai muntah di pesawat ya disinilah, mungkin masih berada di atas laut cina (keren tempat muntahnya). Untung ibu di samping saya masih kuat buat elus2 kepala dan leher saya dengan freshcare, ya alhamdulillah agak lega rasanya, sementara bapak-bapak tua di sebelah kanan saya cuek saja, seolah-olah tidak ada yg terjadi, tetap dengan masker dan bantalnya sambil mata tertutup.

Sampailah kita di baiyun airport, kita turun belakangan kemudian selesai paling duluan soalnya yang lain pada ngantri ke bagian imigrasi, kita lewat jalur khusus yang ada Cuma dua atau tiga antrian, kemudian turun ke lantai 1 lewat lift, kalau di baiyun airport tidak ada lagi pemeriksaan bagasi seperti di indonesia, mereka yakin tidak ada yang jahat ambil barang sembarangan (good job china). 

Di pintu keluar kita ketemu sama mbak (saya lupa namanya), dia adalah translator kita selama di rumah sakit, karena kita cepat jadi nunggu lagi satu orang lagi namanya pak suhedi, dia dari lombok, katanya ini sudah tahun ketiganya berobat jalan ke guangzhou. Setelah ketemu, kemudian kita naik lift ke lantai 2, dan keluar langsung naik ke mobil rumah sakitnya, perjalanan dari bandara ke rumah sakit kurang lebih 30 menit. 

Tiba di rumah sakit, kita langsung menuju ke lantai 7 (tempat ngumpulnya orang2 indonesia), tapi sayang sekali kamar full, satu tempat yang kosong yaiut ruang isolasi diambil sama bapak suhedi, kita diminta turun ke lantai 4 dengan perjanjian begitu ada yang kosong kita langsung pindah ke lantai 7. 

Setelah ambil barang yang dititipkan teakhir kali bapak dan ibu kesini, kita turun ke bawah, ternyata kamar di lantai 4 lebih bagus dari lanta 7, interior khas cina bikin kamar ini lebih keren, ranjang pasien ada 2, ternyata yang satunya buat saya (mantaplah), tv cuma tvone, rcti, dan metro tv yang bahasa indonesia, kurangnya cuma satu kalau mau masak mesti naik dulu ke lantai 5, kalau lantai 7 ada dapurnya langsung jadi enak gak ribet naik turun lagi, makan buah dulu lah dari rumah sakit dapat jatah satu parsel, then relax dulu lah, capeek habis 5 jam di pesawat masih jet lag. 

Malam ini kita makan masih dengan bekal dari indo, boto' buat ibu dan saya dengan belut dan sambel goreng, nasinya masih yang kemarin sisa dari indonesia, belum bisa masak nasi soalnya satu dos lagi belum dibawa ke kamar dan di dalam situ ada rice cooker.

Hari pertama kita jalani kebanyakan di kamar nongkrong sambil beres2 barang dari koper, kemudian ada penghuni pas di depan kamar, ternyata dia juga teman lama ibu disni, namanya mba heni dan suaminya dari ambon, akhirnya mereka sepakat tidak usah kembali ke lantai 7 soalnya sudah ada teman ngobrol di lantai 4, siangnya ibu ke ruang rontgen untuk cek up setelah 2 minggu di indonesia takutnya ada virus yang menyebar. 

Besoknya kita masih asik di kamar soalnya cadangan makanan masih bagus, jadi malas keluar deh. Hari selasa saya mulai jalan jalan sampai ujung jalan ternyata ada bukit namnaya bukit baiyun, di sana ada gapura dan pintu masuknya, saya melihat pengunjung lokal langsung masuk saja tanpa beli tiket, jadi saya pasang headset dan langsung menerobos masuk seolah-olah tidak tahu kalau masuknya harus bayar. 

Belum jauh saya jalan, petugasnya teriak dan dipanggil, tidak ada yang bisa saya ajak bahasa inggris, tapi yang saya tau harga tiket masuknya 5 yuan. Akhirnya saya kembali soalnya saya gak bawa duit, belum tarik uang ke atm. Kalau mau tarik uang bisa lewat atm mana saja, selama ada tulisan mastercard di atm, kata pak suhedi kalau dia transaksi lewat bca kena pajak 25 ribu sekali transaksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun