Hari ini, Sabtu 19 September 2015 adalah jadwal keberangkatan kami ke Guangzhou untuk melanjutkan pengobatan ibu saya di Modern Hospital Guangzhou.
Sejak kemarin saya sudah mempersiapkan segala perlengkapan agar tidak ada yang terlupa saya buka koper di ruang tengah rumah saya, dengan begini apapun yang terlintas di kepala akan langsung masuk ke dalam koper perlengkapan.Â
Sore harinya segala perlengkapan sepertinya sudah beres, mulai dari pakaian (saya bawa pakaian bebas 4 baju gamis buat solat 2 lembar, celana pendek 2, celana panjang 2, celana dalam 5.Â
Awalnya persiapan saya dua kali yang saya sebutkan sebelumnya, tapi kata bapak saya yang sebelumnya tiga kali sudah bolak-balik menemani pengobatan ibu disana gak usah bawa banyak-banyak, yang dipakai juga cuma sedikit, jadi saya pangkaslah hingga hanya setengah dari persiapan awal.Â
Kalau soal makanan berhubung makanan disana katanya (ibu dan bapak yg sudah berpengalaman) tidak cocok dengan lidah orang indonesia, kita bawa bekal dari sini boto dan pepes biar gak ribet masak kalau sudah disana. Oke sekarang waktunya solat magrib dan langsung menuju bandara untuk take off ke jakarta.Â
Andek (adik saya) tidak ikut rombongan pengantar soalnya harus jaga mbah di rumah, jadinya yang ikut mba vida sekeluarga beserta dua bocahnya dan bapak, dalam perjalanan kita bercerita untuk menghindari keheningan yang bisa2 menyebabkan air mata ibu meleleh di tengah jalan.
Sampailah kita di bandara Sultan Hasanuddin, sungkeman, pamitan, dan alhamdulillah saya tidak melihat ada air mata yang menetes hari ini ( kadang saya tdk kuat kalo liat ibu nangis mau berangkat ke guangzhou lagi).Â
Segera saya ambil trolley dan masuk ke dalam, sebelum cek in singgah dulu untuk wrap mesin kangen biar safety, setelah itu go to garuda dan alhamdulillah malam minggu bandara sepi, tidak ada antrian penumpang selain saya, kemudian menuju help desk garuda untuk minta will chair buat ibu dan kita naik ke lantai 2 lewat jalur eksklusif (soalnya ibu pake will chair) jadinya gak capek jalan jauh sudah sampai di lounge.Â
Kita santai di lounge menunggu 30 menit untuk pesawat boarding ke jakarta, rileks sudah aman semua tinggal naik pesawat (yang saya hawatirkan karena membawa penumpang butuh wil chair biasanya agak ribet ternyata tidak).Â
Saya ngobrol dengan ibu, bagi saya pribadi mau ke cina perasaan saya begitu excited, tapi saya melihat tidak dengan ibu yang sepertinya ada perasaan yang mengganjal soalnya mesti jauh dari rumah, jauh dari kehebohan cucu2nya, sepi, dll.Â
Saya inisiatiflah telfon dek hanif (adik saya yang kuliah di jakarta) sekedar mau kabari kalau kita sudah mau boarding, sekalian ajak nginap di hotel kan lumayan buat anak kosan lagian jarak kosan ke bandara Cuma 30 menit via damri, jadilah kita janjian ketemu di bandara untuk sama2 nginap di hotel satu malam.
Bismillah...wuzz kita terbaaang, penerbangan malam selalu lebih asik daripada siang soalnya enak tinggal tidur hahaha, pokoknya hidangan malam sudah beres langsung deh tidur.Â
Kurang dari 2 jam kita tiba di cengkareng, sebagai penumpang yang menggunakan wil chair kita turun belakangan, tapi nanti keluarnya sama soalnya kita punya jalur yang bagus dan pamungkas, di pintu keluar sudah ada dek hanif siaga, perawakannya sekarang membuata saya harus menghadap ke atas tiap kali bicara, rambutnya mulai gondrong dan sedikit krinyol (kriting konyol) beda2 tipislah sama reza rahadian, brewoknya mulai tumbuh kayak anak muda kekinian, tapi dilarang pulang ke makassar sama ibu kalau masih pelihara brewoknya.Â
Kita sekarang berada di termial F, mobil jemputan hotel orchardz otw ke bawah (padahal mestinya dia jemput di atas soalnya dilarang di bawah) soalnya ibu sudah gak kuat kalau mesti naik lagi. Kita menuju hotel plus satu penumpang, seorang lelaki tua yang tampak seperti mafia2 tanah kekinian jakarta. D
i hotel deposit 700 ribu untuk satu malam, kemudian naik ke kamar kita di lantai 3 kalo gak salah. Kamarnya alhamdulillah bagus, 1 bed besar, kamar mandinya oke punya, sayang sekali tv nya pakai indovision jadi saya tdk bisa nonton super bigmatch malam ini tim kesayangan saya MU vs Liverpool. Sampai di kamar kita makan bertiga, ada nasi yang saya bawa di ransel plus botok dari soponyono yang begitu nikmat, kemudian solat dan istirahat.Â
Tapi saya tidak akan bisa tidur kalau belum kesampaian nonton MU, saya kelaurkanlah laptop dari dalam tas, connect ke wifi hotel dan segera cari link streaming, tapi sayang sekali sejak 15 menit sebelum MU main (MU mainnya jam 1.30) sampai lewat jam 1 tak satupun link yang bisa mengimbangi jaringan hotel yang lelet, yah mungkin saya lelah, dilarang nonton dan disuruh istirahat oleh Allah.
Subuh telah datang, morning call telah berbunyi dari resepsionis, saatnya solat, mandi, dan bersiap. Jam 5.45 saya dengan dek hanif sudah di restauran untuk breakfast, ibu breakfastnya di kamar sama botol soalnya tdk boleh makan yang aneh-aneh.Â
Breakfast kali ini begitu asik, soalnya makan enak terakhir sebelum tidak ketemu lagi sama makanan enak hahah, yah bisa dibilang buat cadangan makanan lah jadi kita makan seasik-asiknya.Â
Breakfast selesai kita langsung menuju lobby, siap2 untuk ikut bus yg ke bandara jam 7 soalnya pesawat boarding jam 8, 15 menit perjalanan sampailah kita kembali ke bandara, dek hanif pamitan sama ibu ternyata dapat salam tempel 250 ribu lumayan buat anak kkos itu sangat berharga sekali, ibu gak kuat ada sedikit berkaca-kaca di matanya dan langsung masuk ke bandara.
Kali ini gak ribet lagi soalnya bagasi sudah langsung dari makassar ke guangzou, saya langsung ke helpdesk garuda minta wilchair buat ibu, kemudian segera menuju gate 3 via jalan pintas sudah sampai di lounge bandara.Â
Beberapa menit kemudian kami masuk pesawat, kali ini will chair first, dapat sit ke 3 dari depan, ibu yang semestinya di ujung luar tukaran sama bapak-bapak yang duduk dekat jendela, padahal aturannya penumpang yg pakai will chair itu tidak boleh dudukya dekat jendela, tapi tak apalah berhubung bapak itu pengen duduk dekat keluarganya di sit sebelah, dan ibu juga suka duduk di dekat jendela, terjadilah kesepakatan di antara kita.Â
Kemudian bismillah pesawat lepas landas sekitaran jam 10, makanan kemudian datang saya berharap segera tidur setalah makan biar gak mabuk di pesawat, tapi entah kenapa saya malah nonton film soekarno.Â
Jam 2 saya solat jama kasar di pesawat soalnya gak bakalan ada waktu dan gak ketemu musola buat solat  sampai ke rumah sakit, takutnya sampai rumah sakit nanti sudah keburu magrib. Yah lumayanlah 5 jam perjalanan semoga gak teras kalo sambil nonton film, eh ternyata saya malah pusing, entah kenapa memang penerbangan akhir-akhir ini saya suka mabuk di pesawat, tapi yang ini kayaknya paling parah, soalnya 30 menit sebelum landing pesawat saya malah muntah, yah taulah kalau perubahan arah pesawat dari ketinggian dan bersiap landing efek getaran pesawat itu terasa sekali.
Saya berusaha tahan sebenaranya tapi muntah saya berkata lain, dia sudah mau banget keluar, dengan sigap saya ambil air sickness bag yang ada di depan saya, kemudian saya tunduk ke arah ibu saya di sebelah dan terjadilah peristiwa itu, aib yang akhirnya menjadi catatan hidup saya.
First time saya mabuk sampai muntah di pesawat ya disinilah, mungkin masih berada di atas laut cina (keren tempat muntahnya). Untung ibu di samping saya masih kuat buat elus2 kepala dan leher saya dengan freshcare, ya alhamdulillah agak lega rasanya, sementara bapak-bapak tua di sebelah kanan saya cuek saja, seolah-olah tidak ada yg terjadi, tetap dengan masker dan bantalnya sambil mata tertutup.
Sampailah kita di baiyun airport, kita turun belakangan kemudian selesai paling duluan soalnya yang lain pada ngantri ke bagian imigrasi, kita lewat jalur khusus yang ada Cuma dua atau tiga antrian, kemudian turun ke lantai 1 lewat lift, kalau di baiyun airport tidak ada lagi pemeriksaan bagasi seperti di indonesia, mereka yakin tidak ada yang jahat ambil barang sembarangan (good job china).Â
Di pintu keluar kita ketemu sama mbak (saya lupa namanya), dia adalah translator kita selama di rumah sakit, karena kita cepat jadi nunggu lagi satu orang lagi namanya pak suhedi, dia dari lombok, katanya ini sudah tahun ketiganya berobat jalan ke guangzhou. Setelah ketemu, kemudian kita naik lift ke lantai 2, dan keluar langsung naik ke mobil rumah sakitnya, perjalanan dari bandara ke rumah sakit kurang lebih 30 menit.Â
Tiba di rumah sakit, kita langsung menuju ke lantai 7 (tempat ngumpulnya orang2 indonesia), tapi sayang sekali kamar full, satu tempat yang kosong yaiut ruang isolasi diambil sama bapak suhedi, kita diminta turun ke lantai 4 dengan perjanjian begitu ada yang kosong kita langsung pindah ke lantai 7.Â
Setelah ambil barang yang dititipkan teakhir kali bapak dan ibu kesini, kita turun ke bawah, ternyata kamar di lantai 4 lebih bagus dari lanta 7, interior khas cina bikin kamar ini lebih keren, ranjang pasien ada 2, ternyata yang satunya buat saya (mantaplah), tv cuma tvone, rcti, dan metro tv yang bahasa indonesia, kurangnya cuma satu kalau mau masak mesti naik dulu ke lantai 5, kalau lantai 7 ada dapurnya langsung jadi enak gak ribet naik turun lagi, makan buah dulu lah dari rumah sakit dapat jatah satu parsel, then relax dulu lah, capeek habis 5 jam di pesawat masih jet lag.Â
Malam ini kita makan masih dengan bekal dari indo, boto' buat ibu dan saya dengan belut dan sambel goreng, nasinya masih yang kemarin sisa dari indonesia, belum bisa masak nasi soalnya satu dos lagi belum dibawa ke kamar dan di dalam situ ada rice cooker.
Hari pertama kita jalani kebanyakan di kamar nongkrong sambil beres2 barang dari koper, kemudian ada penghuni pas di depan kamar, ternyata dia juga teman lama ibu disni, namanya mba heni dan suaminya dari ambon, akhirnya mereka sepakat tidak usah kembali ke lantai 7 soalnya sudah ada teman ngobrol di lantai 4, siangnya ibu ke ruang rontgen untuk cek up setelah 2 minggu di indonesia takutnya ada virus yang menyebar.Â
Besoknya kita masih asik di kamar soalnya cadangan makanan masih bagus, jadi malas keluar deh. Hari selasa saya mulai jalan jalan sampai ujung jalan ternyata ada bukit namnaya bukit baiyun, di sana ada gapura dan pintu masuknya, saya melihat pengunjung lokal langsung masuk saja tanpa beli tiket, jadi saya pasang headset dan langsung menerobos masuk seolah-olah tidak tahu kalau masuknya harus bayar.Â
Belum jauh saya jalan, petugasnya teriak dan dipanggil, tidak ada yang bisa saya ajak bahasa inggris, tapi yang saya tau harga tiket masuknya 5 yuan. Akhirnya saya kembali soalnya saya gak bawa duit, belum tarik uang ke atm. Kalau mau tarik uang bisa lewat atm mana saja, selama ada tulisan mastercard di atm, kata pak suhedi kalau dia transaksi lewat bca kena pajak 25 ribu sekali transaksi.
 On the way kembali ke rumah sakit saya naksir sepatu nike air, saya Cuma cek harganya 100 yuan, tapi saya mau tawar but i don't know how to make him understand, so no more bargaining for every transaction.
Ibu hari Rabu di jero oleh dokter, kemudian lanjut dimasukkan infus untuk kemo dan pelindung hati, ginjal, pankreas dll. Pasca jero kaki kanan tidak boleh bergerak 8 jam, jadi selama itu pula ibu banyak pipis karena banyak minum supaya obatnya segera tersekresi dari dalam tubuh, tapi yang jadi kendala adalah ribet karena mesti pake pispot, 8 jam itu ibu hampir 15 kali minta kencing lewat pispot.Â
24 jam setelah kemo belum boleh turun dari tempat tidur, jadilahEfeknya setelah itu biasanya ibu lemes Hari jumat tanggal 18 september 2015 pengalaman saya yang penuh adrenalin terjadi, jadi...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H