Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengenal 4 Pengertian Puisi dari Penyair-penyairan

12 Oktober 2020   07:49 Diperbarui: 12 Oktober 2020   07:48 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Puisi saat ini saya rasa sedang lagi naik daun. Dilihat dari banyaknya WAG dan beberapa Group Sosmed lainya. Yang membahas tentang puisi.

Juga ada groub yang hanya khusus untuk mengirimkan puisi saja. Tidak dengan pengertian atau penjelasan tentang puisi. Sehingga WAG terasa monoton.

Dari sekian banyak WAG yang pernah saya ikuti. Peminat WAG ini ternyata berdominan di kalangan anak remaja. Malah kebanyakan usia di bawah umur saya (23th).

Hal ini menunjukan bahwa puisi sedang menguasai perhelatan persaingan dunia maya. Dimana maraknya penikmat tiktok, atau game-game yang malah saya rasa akan merusak generasi muda.

Namun sangat disayangkan, dari sekian banyak WAG yang didominasi anak pemuda. Tidak ada satupun yang benar-benar orang sastra. Mengingat puisi adalah salah satu karya sastra.

Sehingga pengertian puisi belum dikenal jelas apa maksudnya. Menjadi salah satu momok pertanyaan teman-teman yang benar ingin mengetahui tentang puisi.

Namun, di sisi lain saya mengamati satu persatu puisi dari mereka. Sebenarnya ada bibit bibit yang mereka kuasai. Melihat dari karya mereka yang penuh dengan keindahan. Dan mempunyai genre sendiri.

Oh maaf, dengan saya menulis ini jangan dikira adalah sastrawan. Pun saya juga bukan penyair. Saya hanya penggila puisi, yang ingin melestarikan dunia literasi Indonesia.

Saya sangat awam tentang ilmu puisi. Bahkan ada orang yang menyebutkan "khadiah Puisi). Sayapun masih bingung dengan arti khaidah.

Maka di tulisan saya ini. Di artikel yang penuh dengan kekurangan ini. Izinkan saya menyuarakan pengertian puisi dari Penyair-penyairan. Yang berharap akan di kritik dan koreksi dari pembaca sekalian.

Pengertian Puisi dari Penyair-penyairan

Banyak orang yang mengartikan puisi dengan beberapa pendapat.

1. Puisi adalah kumpulan diksi-diksi.

Ya saya menyetujui pendapat ini. puisi bisa dibilang apik karena adanya diksi. Mantab.

Tapi perlu di ingat, bahwasanya jika kita menggunakan diksi yang terlalu banyak tanpa memahami posisi diksi itu. Sedemikan rupa malah saya rasa kurang bagus.

Karena apa? Lanjut point ke 2.

2. Puisi adalah untaian kata menggunakan diksi yang indah sehingga sampai kepada sang pembaca.

Ini adalah arti puisi yang menyambung atau selaras dari point 1. Bisa dibilang jika kebanyakan diksi akan menjadi puisi kurang indah.

Ya, karena sangat dikhawatirkan si pembaca tidak bisa memahami apa yang ada di dalam puisi tersebut.

Mungkin bisa dimengerti? Oh belum?

Gini saya kasih contoh.

"Sembilan belas purnama terbit
di perjalanan aurora kosmik galaxi malam
Menyapa dunia mayapadaku,
Perjalanan siluet kasih itu telah bias.
Terkikis,
Karena malam terakhir ini
Purnama tak lagi bangkit
Merubah wajah ke bulan sabit"

Jika kita memahami puisi singkat saya ini. Mungkin akan ada beberapa pendapat/pengertian/tangkapan dari pembaca. Atau bahkan akan bingung untuk mengartikan. (Orang yang suka menafsirkan).

"Bagus puisi kamu. Penuh dengan diksi, saya suka."

3. Puisi adalah ungkapan pikiran dan hati yang ditulis berwujud bait indah.

Hal ini juga selaras dari point 2. Perihal menjadikan puisi yang kita buat, akan tidak sepemikiran antara pembaca dan si empunya karya.

Pernah saya buat puisi tentang membangun jati diri seorang pemula penggiat puisi, tanpa berpatokan diksi dan majas. Dengan sisipan nama-nama majas.

Namun ada beberapa orang yang protes bahwa puisi saya tersebut menjatuhkan penulis. Dan kurang pas untuk dihidangkan.

Saya menerima komentar tersebut. Akan menjadi perhatian saya dalam membuat puisi-puisi selanjutnya. Bahwa puisi di atas kurang bisa membawa semua pembaca mengerti apa yang saya maksud.

4. Puisi Adalah Multi Tafsir.

Point ke 4 ini sedikit berbalik punggung terhadap point 1, 2, 3. Perihal puisi yang kita buat harus siap dengan multi tafsiran dari sang pembaca. Dan si penulis juga harus siap mental.

Biasanya puisi yang siap di multi tafsirkan, seperti puisi jenis sufi

Contoh:
Sembah sujudku tuan guru
Titah tuan kami laksanakan!
Dari Serambi Mekah membaca bismillah
Satu langkah, dua langkah, melaju jauh
Ya Hu, Ya Hu, Ya Allah, hamba berjalan
Dari rantau oborkan tongkat menuju Sahilan
Dalam hening mencari Tuhan
Sampai gunung Sahilan dan Rimbang Baling
Seluruh Kampar Kiri berdian sepanjang zaman
Tak lekang dengan panas tak lapuk oleh hujan.

Di sini kita akan diperkelumit oleh 1 bait puisi ini. Apa maksudnya? Tentu saja  kita akan berbeda pendapat.

a. Ada yang berpendapat si pengarang sedang galau dilihat dari kalimat "dalam hening mencari suci"

b. Ada juga berpendapat si pengarang lagi ingat kepada sang pencipta. (Ya Hu, Ya Hu, Ya Allah, hamba berjalan)

Dari 4 pengertian puisi di atas. Saya rasa masih begitu banyak kekurangan. Yang tidak ada menyebutkan khaidah.

Ya, saya dan teman-teman belum bisa mengartikan apa itu khaidah puisi. Tapi, inilah saya. Penyair-penyairan yang sedang berjuang melestarikan Dunia Literasi.

Semoga pembaca sekalian berkenan untuk memberikan masukan-masukan melalui kolom komentar. Sehingga akan menjadi pengetahuan saya. Dan menggetuk tularkan ilmu kepada mereka yang membutuhkan.

Sekian,
Terimakasih

Salam Santun Saya
Salam Seni & Budaya
Salam Literasi Indonesia
Salam Baiat Cinta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun