Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Matahari Timur

9 Oktober 2020   12:52 Diperbarui: 9 Oktober 2020   13:18 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Perlahan malam beranjak pergi. Suara-suara jeritan ditingkap air mata. Sepanjang jalan reruntuhan duka menjelma memohon restu.

Restu sejarah tua yang pernah mendampingi kemerdekaan ini. Restu sepasang bakti pada arti sebauh perjuangan. Restu yang dipenuhi puluhan misteri."

Matahari Timur
_________
Di ujung timur matahari akan terbit
Jutaan juang bercucuran ikut terlibat
Cuaca memangkas
Gong kehancuran telah terlepas

Matahari akan kembali
Ia penuh sepi
Tumpah menjadi sunyi
Undang-undang polusi rampok pribumi

Matahari akan hadir
Sidang setan berkelakar
Perjuangan menyisir
Sihir cipta kerja muncul tanpa akar

Matahari telah terpisah
Isak tangis membuncah
Investasi mengguncang pecah
Orang besar mabuk rupiah

Matahari telah malu bersinar
Cahayanya memar
Palu waktu bergeser
Ini bukan lagi tentang takdir

Matahari sudah robek
Panas dibibir kepal
Ban-ban mengepul
Hujan masa akan tertumpuk

Matahari mulai kaku
Maka bersatulah atas nama air mata ibu Pertiwi
Atas nama noda cinta merah putih
Sampai kita membiarkan ini berlalu dan ikut menyepakati

Kita adalah pengkhianatan perjuangan para leluhur
Kita membiarkan Ibu kita diranjangi anggota-anggota dewan
Telah kita lalui ribuan matahari
Dari terbitnya yang sengit hingga beribu janji

Beritakan dan ambil apa yang sudah bukan lagi kesepakatan
Kita belum terlambat
Matahari akan terbenam dan terus terbenam

Kali ini ia lupa jalan pulang untuk kembali terbit

Kediri, 09 Oktober 2020
Buah karya: Abdul Azis Le Putra Marsyah.

Tambahan:

Jika berkenan, tonton musikalisasi puisi saya, yang berjudul Maafkan Kami Ibu Pertiwi. Yang saya bacakan dengan khidmat dan tangisan yang tiba-tiba muncul dari dasar hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun