"Aisyah,
Kalender yang telah berganti lima lembar. Masih belum mampu menguburkan ingatan ini.
Salam perpisahan yang terjadi juga merupakan pesan pamit darimu untuk pergi bersama keluargamu,
Menetap di luar kota
Dan mungkin saat ini, Aisyah
Aku adalah orang terbodoh
Dalam dunia yang menyia-nyiakan
Sosokmu yang sangat berharga
Namun sekali lagi, Aisyah
Aku tak mau karena dengan mencintaiku
Kau mengantikan mukenamu
Dengan perayaan ekaristi
Sebab
Bagiku agama merupakan
Sesuatu yang tak boleh digadaikan
Dengan alasan apapun
Walaupun itu terkait dengan hubungan asmara,
Aisyah,
Tak terasa aku sudah berlama-lama
Menduduki meja makan favorit kita di warung lalapan
Dan
Kumandang adzan telah menyapa telingaku
Yang membuatku kembali berbisik
Jangan melupakan sholatmu agar kau bisa
Mendapatkan orang yang seragam dengan keyakinanmu tersebut
Aisyah,
Di akhir tulisan ini
Aku masih mengamalkan apa yang sering kau ajarkan waktu itu
Dimana aku yang hanya dulu
Pergi ke gereja pada hari-hari besar
Kini telah menjadi rutin memasukinya
Yang diiringi dengan bunyi lonceng ibadah
Aisyah,
Apa kabarmu di sana
Salam rinduku untukmu
Agar kau selalu baik-baik saja
Dan pada penutupan tulisan ini
Ada setumpuk kertas puisi yang merawat kisah kita
Bersanding dengan potret kita dahulu
Dan percayalah
Walaupun rasa yang terbina berada di masa yang kurang tepat
Aku tetap mencintaimu dengan kesungguhan hati
Beserta harapan bisa kembali memilikimu tanpa ada halangan
Di kehidupan berikutnya
Aisyah"
Sekian