Kulit kayu itu dibuatnya menjadi Baju, Tas, hingga Sepatu. Tahun lalu tas kulit kayunya bahkan memenangkan perlombaan kesenian di Kabupaten Bengkayang (Kabupaten yang menaungi wilayah Ledo).
Produksinya cukup menjanjikan, hasilnya juga berkualitas. Bang Anton hanya masih sedikit kesulitan disisi pemasaran.
Satu-satunya kesempatan di mana produknya bisa dipasarkan adalah ketika pameran-pameran seni Dayak berlangsung saja. Itu pun hanya sekali dua kali dalam setahun.
"Karya seni Dayak masih sulit berkembang," keluh Bang Anton.
Meski demikian Bang Anton menolak menyerah dengan keadaan, proyek Rumah Seninya akan dimulai bulan ini.
Dia ingin Rumah Seni dapat digunakan sebagai sentra pemuda di Kampung Ledo untuk berkumpul, belajar kesenian Dayak, berlatih memahat, melukis, dan membuat produk-produk kesenian.
"Kalau ada Rumah Seni di Ledo, anak-anak muda nanti bisa menyalurkan energinya kearah yang positif," Katanya.
Tetapi saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan berkunjung saat pulang kampung berikutnya.
Terima kasih Bang Anton Kuno atas perhatiannya bagi kesenian Dayak, dan terutama pada pemuda-pemuda di Kampung Ledo.