Di sebelah kiri ada sebuah jalan kecil, tampaknya jalan setapak ke sebuah dusun tak jauh dari jalan aspal. Tampak cahaya lampu dari teras bberapa rumah. Dusun itu kecil dan gelap tanpa penerangan lampu jalan.
Kakinya membawanya masuk ke arah salah satu rumah. Rumah berkolong tinggi sepertinya knstruksi jaman dulu. Terasnya dipagari dengan potongan-potongan papan yang disusun rapi. Tangganya terbuat dari potongan kulit kayu tusam yang didesain dengan bentuk antik.
Nika tertegun di sisi gelap rumah itu, tak tahu  mau berbuat apa. Gerimis makin deras. Suasana sepi sekeliling dusun mencekam. Nika was-was andaikan tiba-tiba ada anjing binatang yang paling ditakutinya. Ia ingin berlindung sambil menunggu kalau ketiga pria yang mengejarnya lewat.Â
Tiba-tiba Nika tegang. Seekor anjing hitam cukup besar muncul dari rimbun pohon bambu di halaman rumah. Anjing itu mndekatinya tapi tidak menggonggong. Hanya mengendus-endus arah kaki gadis itu. Nika gemetaran nyaris pingsan ketakutan. Ia bergeser ke arah tangga, tapi anjing itu mengikutinya sambil terus mengendus. Dia melangkahkan kaki menaiki tangga. Anjing itu tiba-tiba menggonggong. Nika menutup mata menanti apa yang akan dilakukan anjing itu padanya. Nafasnya tertahan dalam ketakutan hebat. Dan saat itu suara perempuan terdengar dari dalam," Hesss bruno... ada apa bruno..."
Nika membuka mata menoleh ke pintu. Tampak pintu terbuka dan sosok seorang ibu paruh baya muncul di sana, menatap heran ke arahnya.Â
Nika merasa kepalanya pusing. Tubuhnya menggigil kedinginan. Ia terduduk lunglai di tangga. Dan mendengar suara ramah ibu itu bertanya," Kamu kehujanan ya, masuk ke rumah ayo,"
Nika menatap wajah lembut keibuan itu tapi kerongkongannya seakan tersekat beberapa saat.
"Singgah ke rumah dulu, dari mana malam-malam begini kehujanan lagi. Bah kamu basah kuyup begini, bisa sakit nanti."
Nika ingin berdiri, tapi ia seakan kehilangan tenaga. Perempuan pemilik rumah mencermati penuh tanda tanya.
"Tolong Bu, aku dikejar orang jahat bu," Nika bersuara sayup tapi cukup jelas.
"Bah, kalau begitu ayo ke rumahku dulu, ayo cEpat masuk," kata ibu itu sambil memegang tangan gadis itu. Nika mensyukuri keramahan itu. Tuhan telah campur tangan menoolongku, bisiknya dalam hati.