Mohon tunggu...
Leonardo Tolstoy Simanjuntak
Leonardo Tolstoy Simanjuntak Mohon Tunggu... Wiraswasta - freelancer

Membaca,menyimak,menulis: pewarna hidup.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tak Kubiarkan Cintaku Berakhir di Tuktuk (112)

5 Desember 2015   18:32 Diperbarui: 5 Desember 2015   18:32 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

RAMLI menatap tubuh sintal yang setengah terbujur lemas di jok belakang Fortuner.  Ini pemandangan indah yang sayang dilewatkan. Meski sudah terbiasa melihat postur gadis cantik di pub,kafe,atau di diskotik, tapi yang satu ini sungguh membuat Ramli seperti sesak nafas. Ia menikmati tubuh wangi dengan lekuk-lekuk erotis itu, seakan menelanjangi gadis itu dengan imajinasinya. Ramli mereguk air ludahnya. Rokok bercampur ganja yang baru selesai disedotnya, membuat fantasi khayalnya membaram

Dirgo yang mengemudi melirik dari kaca spion. Kadang Dirgo muak melihat tingkah rekan yang satu ini. Ramli pasti naik nafsu.Dirgo melirik Tonny di sampingnya, berkata pelan," Kurasa bos lebih pantas dekat gadis itu."

Tonny berpaling ke Dirgo,lalu menoleh ke belakang. Ramli dilihatnya meraba kaki Nika yang dibalut celana jins ketat.

Tonny mengerti maksud Dirgo. Dia tahu betul Ramli paling brengsek menyangkut gadis cantik bertubuh seksi. Tony juga tak jauh dari sifat Ramli,tapi ia mengekang diri,karena  sadar itu menyalahi kepercayaan Vera pada dirinya.

Tony kembali menoleh ke belakang. Jemari Ramli sudah merayap naik dari betis gadis itu ke paha. Meremas-remas. Dan Ramli tak mau tau temannya di depan melihatnya.

"Stop..." kata Tony.

Dirgo menginjak rem.

TONY keluar dari mobil lalu membuka pintu jok tengah."Keluar dulu kamu Ram..."

Ramli tak mendengar. Tangannya masih mengelus-elus paha gadis itu.

" Keluar kamu Ram."

Ramli berpaling. 

"Hah, kenapa Bos."

"Kamu di depan,kita gantian menjaganya," kata Tony,dingin.

Enggan, Ramli beringsut turun. Wajahnya merah padam,tapi ia tak berani menentang Tony.

Tony duduk di sisi Nika yang masih belum sadar oleh pengaruh bius. Ia tersandar lunglai. Tony juga sesungguhnya tergoda sejak awal untuk melakukan sesuatu,minimal menciumi wajah tertidur itu. Tapi ia mengontrol diri. Ia khawatir berakibat buruk,karena janjinya pada ibu gadis itu jangan sampai ada apa-apa jika Nika berhasil dibawa ke Jakarta.

"Yuk jalan lagi," kata Tony pada Dirgo. 

Lalu ponsel di kantong Tony berdering. Tony melihat siapa yang menelpon. Oh Vera lagi dari rutan.

"Ya nyonya..."

"Bagaimana anak saya dia baik-baik saja kan," tanya Vera serius.

"Ya nyonya, saya jamin anak nyonya baik-baik saja, tapi belum sadar."

"Ya tak apa.Dan tentang Riko bagaimana kalian buat."

"Saya rasa tidak sampai mati nyonya,kalau ada yang menolong dia. saya hanya beri pelajaran pada kakinya."

"Oh ya,good..."

" Sekarang posisi kalian di mana nih, apa kira-kira kalian bisa aman di perjalanan sampai Jakarta."

"Sejauh ini baik saja nyonya. Kami sedang menuju kota ...kota apa ya, oh ya kota Dolok Sanggul, selanjutnya menurut peta ini terus ke  Siborongborong, dan terus ambil jalan langsung ke Tarutung."

"Ok hati-hati kalian ya, kalau anak saya sudah sadar kalian harus bijak hadapi dia, jangan sampai dia mogok makan minum."  

"Ya nyonya,"

Pembicaraan terputuS.

Fortuner berhenti di depan sebuah toko di Dolok Sanggul . Tony menyuruh Dirgo beli roti dan minuman botol. Nika sudah mulai bergerak-gerak tapi belum sadar.

Sekitar sepuluh menit meninggalkan kota itu Nika mulai siuman, terbatuk beberapa kali , lalu bersin. Sepasang matanya berkilau memancarkan keheranan atau kebingungan. Menyapu sekitarnya seperti tanpa reaksi otak. Pikirannya seakan kosong ketika melihat lelaki di sampingnya menatap sambil menyeringai.

"Ada di mana ini ya," bibirnya bergerak bicara  tak kepada siapa. Tapi pada respon pertama ia melihat pria di sampingnya adalah Riko. Matanya mencobaa mengurai, menyelidik. 

Fortuner melaju dengan kecepatan tinggi. Setengah jam kemudian sudah tiba di kota kecil Siborongborong. Selanjutnya Fortuner belok ke kanan melewati bundaran menuju Tarutung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun