Lelaki tua itu antara mendengar dan tidak. Deru angin dari danau membuat suara anak itu sayup. Tapi kakek itu melihat cucunya melambaikan tangan mengisyaratkannya agar turun dari tebing.
Kakek itu menjawab dengan bahasa lokal: "Ahai..."
"Kemarilah pung ada oran di sini berdarah-darah,mungkin sudah mati," teriak si anak terus melambaikan tangan.
Kakek itu mengambil tongkat penggembalanya, menuruni jalan setapak berbatu.Ketika melihat arah yang dtunjuk cucunya, kakek itu tergesa mendekati seraya berseru," Bah, aha do na masa" ( Bah, ada apa ini).
Kakek itu memeriksa tubuh terkapar itu hati-hati. Masih bernafas. "Ambat motor molo adong lewat, mangolu dope on hatop diboan tu ruma sakkit."Dia menyuruh cucunya melihat kalau ada kenderaan yang lewat membawa orang terkapar itu ke tempat pengobatan terdekat.
Lelaki tua itu jongkok memeriksa asal darah pada tubuh sekarat itu. Ia lega ketika melihat Riko membuka mata. Tampaknya baru sadar. Tapi mulutnya mengigau beberapa kali,menyebut beberapa kata...Nikaaaa....Lalu mata itu menutup lagi bberapa kali.kemudian terbuka lagi. Mata itu menatap si kakek ingin mengatakan sesuatu tapi gagal. Tak lama kemudian ia kembali tak sadarkan diri.
Anak itu berseru dari seberang jalan sambil mengangkat tangan," Pung ada motor datang."
Sebuah mobil kijang berwarna perak berhenti di sisi kanan jalan. Pengemudinya bergerak cepat mengangkat Riko dibantu kakek dan cucunya.
"Ada apa kejadian di sini," tanya pengemudi kijang pada si kakek. Tapi kakek itu tentu tak tahu apa-apa.
Mobil kijang itu meluncur cepat ke arah kota Pangururan.Â
DOKTER jaga yang menangani Riko geleng kepala, berkata: "Puji Tuhan, kalau sepuluh menit lagi dia masih terkapar di sana, ia akan kehabisan darah,nyawanya sulit ditolong."