Riko sempoyongan ke depan, tapi dari depan  ia disambut dua pukulan beruntun dari Dirgo menerpa dagunya.Pukulan itu telak. Riko menatap nanar,terjerembab di tanah. Tak sempat berbuat apa-apa, Ramli menendang bokongnya kuat sekali. Riko meringis menahan sakit.
"Rikoooo..." Ia mendengar jeritan Nika yang sudah turun dari mobil. Jeritan itu seperti satu kekuatan besar menyentak Riko bertindak cepat. Saat itu satu tendangan susulan datang dari Ramli, dan riko menangkap pergelangan kaki itu mencengkeram dengan kuat, lalu di saat bersamaan Riko mengayun tinju memukul arah kemaluan Lelaki itu. Pukulan itu sangat keras. Ramli menjerit kesakitan memegangi selangkangannya."Jahanam kamuuu..." Ramli terhuyung jatuh tak berdaya.Â
Dari belakangnya Dirgo sudah menyerang dengan belati terhunus, tapi Nika sigap menangkap pergelangannya mendorongnya kuat ke belakang seraya berseru," Awas bang Riko,dia pakai senjata tajam."Â
Riko berbalik cepat, menyambar sebuah batu cukup besar lalu menghantam lulut Dirgo sekuat tenaga. terdengar suara berderak, disusul suara Dirgo mengerang kesakitan. Nika memanfaatkan peluang itu mendorong lelaki itu jatuh terkapar ke dalam parit. "Rasain preman cecunguk,biar sekalian mampus," Nika emosional. Pergumulan itu terjadi sangat cepat.
Dari belakang mobil muncul Tonny. Ditangannya terhunus sepucuk revolver. Wajahnya sangar melihat dua anak buahnya dilumpuhkan dalam tempo singkat. Tanpa banyak basa basi, Revolver itu memuntahkan timah panas ke paha Riko. Adegan itu tak terduga. Timah panas itu menerjang paha Riko. Letusan pistol itu tak begitu keras, dan kebetulan suasana sedang sepi. Hanya dua penggembala kerbau di pantai mendongak sesaat mencermati bunyi letusan itu, tapi mereka mengira seperti ada ban mobil pecah.
Riko tergeletak di sisi mobil. Darah memancur dari paha mengucur membasahi tanah berumput. Tapi Riko masih punya tenaga meraih sebuah batu sebesar kepalan tangan, melemparnya mengarah muka Tonny. Batu itu menyasar menerjang leher. Tonny meringis kesakitan. Ada darah mengucur di leher. Ini memicu amarah Tonny , dia kembali mengarahkan pistol ke kepala Riko."Jahanam brengsek, aku kirim kamu ke neraka sekalian."
"Jangan..." Nika sudah meloncat menerjang Tonny, memukul tangan yang memegang pistol dengan pukulan karate yang pernah dipelajarinya semasa kuliah. Pistol lepas dari tangan Tonny. Langsung disambar Nika lalu melemparkannya jauh ke rimbun semak arah pantai. Belum lagi Tonny sadar akan gerakan tak terduga itu,satu pukulan keras Nika menerpa hidungnya, sangat telak dan keras. Tonny tersedak, sempoyongan. Darah mengucur dari hidung.
"Kamu yang harus dikirim ke neraka," Nika setengah menjerit. Ia sempat melihat Riko masih tergeletak di tanah. Pingsan? Nika kalang kabut.
"Awas Nika..." Riko masih berteriak ketika Melihat Dirgo dan Ramli bergerak bareng meringkus Nika dari dua arah. Nika terlambat  bereaksi. Salah satu pria itu merangkulnya dari belakang, menguncinya dengan pelukan ketat. Nika meronta mencoba melepaskan diri. Tapi dekapan Dirgo terlalu kuat. Nika menggelepar-gelepar. Saat itulah Ramli menyumpalkan sehelai sapu tangan ke arah mulut dan hidungnya. Bau aneh menyengat segera membuatnya sesak. Dalam hitungan detik, Nika melihat ribuan bintang menari di depannya. Detik berikutnya, Nika lunglai tak sadarkan diri.
"Cepat masukkan ke mobil, kita secepatnya pergi," Tonny memerintahkan sambil memegangi luka pada hidungnya yang retak akibat pukulan gadis itu.
Dirgo dan Ramli tak susah membopong tubuh sintal itu ke dalam Fortuner. Keduanya merasa beruntung bisa memeluk gadis secantik itu meski momennya darurat. Ada gejolak membuncah di dada keduanya. Ramli malah sempat meremas dua kali, tapi ia dihentikan bentakan Dirgo." Dasar iblis kamu Ramli, ingat kita tak boleh kurang ajar sama dia."