"Yang macam-macam gimana," Riko tak paham maksud Nika. Ataukah pura-pura.
" Aaaah sudahlah Rik, aku tau bang Riko keenakan."
RIKO tergelak." Keenakan, yah maksud Nika?"
"Keenakan gendong gadis..." sambung Nika lalu menjewer telinga Riko.
Tiba-tiba, tak terduga sepatu Riko menginjak tanah tanjakan yang licin berlumpur. Kakinya terpeleset. Riko hilang keseimbangan. Sempat dicengkeramnya padang ilalang di sisi jalan terjal,tapi rumput itu tercabut tak cukup kuat akarnya menahan sentakan tangan Riko yang begitu kuat.
Nika menjerit, memeluk Riko lebih kuat. Keduanya bergulingan ke bawah. Untung juga tak menimpa batu-batu besar di bawah. Riko merangkul Nika dalam kagetnya. Keduanya terkapar di tanah becek. Sekujur pakaian berselemak lumpur. Nika meringis ketika merasakan lengannya nyeri.
"Maaf ya sayang, tanah licin kena hujan," Riko mengusap lengan dan kaki Nika yang bergelimang lumpur.
Riko mengecup kening gadis itu penuh perasaan." Syukur kita tak menimpa batu itu,". Nika mengangguk menoleh ke gundukan batu di sisinya.
"Ayo kugendong lagi, hujan nanti makin deras."Â
NIKA menatap Riko. "Tak usah Rik, kamu capek."
"Tak apa Nika, aku biasa saja. Ayolah naik ke punggungku lagi."