Riko kembali memeluk Nika dan mengecup keningnya.
"Cinta membuat segalanya indah Nik, seindah pelangi senja yang hadir di atas danau."Â
Nika tiba-tiba terkesiap melihat sekelilingnya. Â " Ya ampun, ini sudah mau malam, kok lampunya tak dnyalakan Riko, aduh gimana Ini ..." Nika tersadar mmbenahi dirinya.
Riko menyalakan senter mancisnya mencari tombol lampu di dinding.
" Ntar dulu Rik, jangan dinyalakan dulu," Nika   terburu-buru.
Ketika lampu sudah menyala, Riko menarik daun pintu perlahan. Di luar sana sekitar koridor sudah terang oleh cahaya lampu. Riko mengamati sekeliling, sepi, tak ada orang.
"Aku pergi sekarang ya Nik, istirahat yang baik, besok kita jalan-jalan," kata Riko sembari memegang jemari Nika dan mengecupnya.Â
"Kamu juga istirahat ya Riko, jaga dirimu baik-baik," balas Nika saat menutupkan pintu perlahan.
Riko berpapasan dengan seorang bel boy di ujung koridor lantai dua. Bell boy itu memandangnya dengan seuntai senyuman. " Mau ke mana bang Riko, kok ceweknya ditinggal sendirian."
"Ya ntar datang lagi, mau beli makanan," kata Riko bergegas ke lobbi.
Pak Sima sedang menonton siaran berita di lobbi. Mata sopir itu mencermati Riko yang muncul di pintu. "Aku juga pernah muda," katanya di dalam hati. Ia tersenyum ketika Riko melihat ke arahnya.