Selamat datang pembaca setia kompasiana. Jika pada artikeel sebelumnya penulis membahas tentang pengaruh obat antiinflamasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan otot, pada kesempatan ini, penulis akan membahas tentang kemampuan leukosit untuk melakukan diapedesis.
Berdasarkan ada atau tidak adanya granula, leukosit dibagi menjadi dua jenis yaitu, leukosit granulosit dan agranulosit. Leukosit granulosit sendiri dibagi menjadi tiga jenis yaitu neutrofil, eusinofil, dan basofil. Neutrofil berfungsi sebagai fagosit aktif untuk menyerang dan menghancurkan bakteri, virus, dan agen penyebab cedera lainnya.Â
Eusinofil berfungsi sebagai fagosit lemah dan berperan dalam pembuangan racun penyebab radang pada jaringan yang cedera. Sedangkan basofl berfungsi untuk menghasilkan histamin dan heparin. Leukosit agranulosit juga dibagi menjadi 2 jenis yaitu limfosit dan monosit. Limfosit kembali dibagi menjadi dua yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit B berfungsi sebagai penghasil antibodi untuk merespon antigen, sedangkan limfosit T berfungsi untuk menghasilkan limfokin untuk membantu limfosit B dalam merespon antigen. Monosit berfungsi sebagai fagosit aktif.
Pembuluh darah dilapisi oleh endotelium yang merupakan lapisan sel yang berfungsi untuk melindungi migrasi sel darah di luar sel. Lapisan ini dapat ditembus oleh sel darah putih ketika terjadi luka, trauma, atau ada antigen yang masuk ke dalam tubuh.Â
Setelah menembus lapisan endotelium, leukosit ini akan menuju ke jaringan dan mengatasi infeksi yang terjadi. Kemampuan sel darah putih untuk menembus lapisan endotelium pembuluh darah menuju ke jaringan inilah yang disebut dengan diapedesis.
Monosit merupakan leukosit terbesar di antara semua jenis leukosit yang lain. Hal ini disebabkan oleh besarnya ukuran nukleus dan banyaknya kandungan sitoplasma yang ada di dalam sel. Sel ini merupakan cikal bakal dari makrofag yang berfungsi sebagai fagosit aktif zat -- zat buangan, sel -- sel mati dan bakteri.Â
Monosit akan menembus lapisan endotelium pembuluh darah (diapedesis) dan akan bergabung menjadi cairan interstisial yang mengelilingi pembuluh darah dan jaringan tubuh. Diapedesis ini biasanya terjadi pada jaringan yang terinfeksi oleh antigen. Diapedesis yang dilakukan oleh monosit akan terjadi ketika terdapat antigen dalam tubuh.Â
Pembuluh darah akan menyediakan jalur (melewati endotelium) untuk melakukan diapedesis sehingga monosit akan dengan mudah melakukan diapedesis dan berubah menjadi makrofag. Selama proses ini, monosit akan berubah menjadi makrofag. Makrofag ini memiliki umur yang cukup panjang. Hal ini disebabkan karena di dalam selnya terdapat nukleus dan sitoplasma yang cukup banyak sehingga dapat menyediakan energi yang cukup untuk bertahan hidup.
Monosit merupakan bagian dari leukosit yang sangat penting. Hal ini dikarenakan monosit merupakan jenis leukosit kedua yang akan berperang melawan antigen ketika terdapat luka atau inflamasi maupun ketika tubuh terserang oleh virus dan bakteri. Fakta ini juga mendukung argumen bahwa monosit dapat melakukan diapedesis karena monosit perlu untuk melakukan diapedesis agar menjadi makrofag dan menjadi fagosit aktif untuk melawan antigen.