Memotret, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring memiliki arti membuat (mengambil) gambar. Bagi sebagian orang memotret adalah suatu hobi, tapi untuk segelintir lainnya merupakan suatu pekerjaan.Â
Begitu pula dengan teman gue, Dang Anzala Ajra atau sering gue sapa dengan Kang Ajra karena dia berasal dari Jawa Barat. Dia seorang mahasiswa dari program studi film dan televisi. Dengar kata film, satu hal yang sangat melekat adalah kamera.Â
Kang Ajra sendiri memang memiliki hobi memotret. Hobinya itu dia bagikan melalui akun instagramnya, mulai dari foto orang, tempat, dan bermacam-macam. Gue pun penasaran awal mulanya dia mulai menekuni aktivitas ini.
"Dulu saat aku masih balita, orang tua aku selalu ngefoto momen anaknya alias aku, pakai kamera digicam. Aku suka dikasih pinjam kameranya. Yaudah, moto adik aku, orang tua ku, mungkin ketertarikan foto-foto dari situ, kemudian dijadiin hobi," kata Ajra.
Waktu terus berjalan, Ajra memeroleh kamera pertamanya saat menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kamera pertamanya adalah Nikon DSLR.Â
Kehadiran kamera pertamanya pun meningkatkan ketertarikannya untuk menyelami dunia fotografi, sehingga membuatnya membantu mendokumentasikan acara sekolah. Ternyata saat SMP, ia sudah mendapat bayaran, dari momen itu terbangun suatu pikiran dari motret bisa jadi uang.
Lebih dari sekadar uang, bagi Ajra memotret merupakan suatu mengenang momen yang bisa dilihat dalam rupa foto.
"Fotografi itu menangkap suatu frame yang tidak akan pernah bisa diulangi lagi momennya. Nah, di situ seninya. Setiap foto yang aku ambil, aku selalu mikirin sudut pandang orang yang aku foto. Bagaimana perasaan mereka ketika melihat lagi jepretan hasil aku. Mungkin satu, tiga, delapan atau bahkan dua puluh tahun mendatang. Jadi pas lihat lagi fotonya "owh iya momen ini". Aku berasa jadi perantara yang mengabadikan momen berharga orang lain. Jadi seperti orang penting di hidup orang haha,"Â ucap Ajra.
Memotret tidak hanya menghasilkan tambahan rezeki, tetapi bisa menghubungkan orang yang tidak dikenal. Terkadang, dalam kehidupan ini, orang yang tidak kita kenal, bisa menjadi pengubah nasib di masa mendatang.
Bisa juga dengan menambah relasi pertemanan dari klien, mewujudkan mimpi untuk terlibat dalam pemotretan suatu projek yang besar.
"Paling penting itu berjejaring. Setiap turun di lapangan, bakal ketemu orang asing. Â Di momen inilah selain skill foto, skill komunikasi juga harus main. Aku banyak kenal orang penting, dari skill komunikasi yang baik. Jadi kalau ada orang kenalan, kalau ada orang yang ngajak ngobrol, ajak ngobrol balik. Gali orangnya seperti apa. Bahkan dari situ, orang lain bisa nawarin jasaku. Jadi nawarin mulut ke mulut, itu banyak banget kerjaan dari situ, dibandingkan dengan iklanin," lanjutnya.
Memotret orang sama dengan membangun kehangatan hubungan dengan model. Di sini memiliki arti seorang juru foto harus memiliki kepekaan terhadap model yang ingin dipotret. Â
Sebagai penutup, Ajra berharap Gen Z untuk berani untuk eksplorasi dunianya dan berkarya, tak hanya soal motret, tapi banyak hal lainnya.
"Terus berkarya tanpa batas. Jangan takut untuk eksplorasi. Kita engga pernah tahu, foto mana yang akan membawa kita menuju kesuksesan. Jangan dengerin kata orang, apalagi kalau orang itu dah ngomongin spek kamera. Pakai aja yang ada, itu alat tempur kamu," jelas Dang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H