Mohon tunggu...
Leonardo Eddyson
Leonardo Eddyson Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

ppksurabaya.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Menyebarkan Kebencian Karena Apapun Alasannya Ujungnya Adalah Kematian

20 Desember 2015   06:38 Diperbarui: 20 Desember 2015   11:48 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEBARKANLAH KASIH SAYANG DEMI KEHIDUPAN DENGAN YANG PALING TAJAM : LIDAH – JANGAN MENYEBARKAN KEBENCIAN KARENA APAPUN ALASANNYA UJUNGNYA ADALAH KEMATIAN

Hati-hati dengan lidahmu, tulisan di bawah ini ditulis sekitar Th 80 – 90 M, oleh Yakobus, dan kini menjadi bagian dari Alkitab dalam Surat dari Yakobus Bab 3 :

{3:1 Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.

3:2 Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.}

catatan : 3:1 dan 3:2 merupakan kunci informasi tentang ditujukan kepada siapa teguran ini. Beberapa penafsir beranggapan Guru dimaksud adalah Pengajar Agama.

3:3 Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.

3:4 Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi.

3:5 Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.

3:6 Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.

3:7 Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia,

3:8 tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.

3:9 Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah,

3:10 dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.

3:11 Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?

3:12 Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.

 

Kekristenan dibangun dari Peneladanan terhadap Sikap Hidup dan Ajaran : Yesus Kristus, seorang Yahudi, yang hidup menurut Norma / Nilai-2 Agama Yahudi pada masa itu. Kekristenan yang ada saat ini bukan muncul sebagai sesuatu yang tiba-tiba ada dari tidak ada, tetapi muncul melalui proses panjang.  Wujud komunitas Kristen berbeda-beda, tetapi sejak Peristiwa Pentakosta di Bait Allah Yerusalem sekitar Th 33 M, komunitas ini telah memiliki kesaksian iman yg di-lisankan, yg secara umum kini dikenal dengan Pengakuan Iman / Syahadat. Pengakuan Iman yang dipegang teguh oleh para pengikutNya secara mengherankan mampu bertahan walau dalam aniaya, siksaan bahkan pembantaian baik oleh kelompok Ulama Yahudi Konservatif yang menganggap mereka sesat, maupun oleh Bangsa Penjajah yang menganut Polytheisme dimana orang Kristen sering dihukum karena menolak menyembah Dewa / Kaisar.

Surat Yakobus di atas muncul sekitar delapan puluh atau Sembilan puluh tahun kemudian, di masa itu sudah mulai terbentuk komunitas Kristen sebagai kelompok minoritas di beberapa tempat di timur tengah.  Menyimak tulisan tersebut sangat mungkin sedang ada konflik yang cukup panas di dalam komunitas itu sendiri yang disebabkan karena suatu ajaran / pendapat yang mulai memecah kesatuan komunitas tersebut.

LIDAH

Kata-2 bisa terucap salah satunya karena fungsi lidah. Kata-kata kemudian memiliki dampak pada pendengarnya yang mengerti bahasa itu.  Sampai saat ini lidah masih memiliki fungsi tersebut, ia berfungsi untuk menyuarakan kata-kata, kalimat.  Kata-2 yang keluar itulah yang disoroti oleh Yakobus ketika tidak menjadi berkat tetapi menjadi permusuhan dan kehancuran.

Saat ini, ketika kebebasan berbicara sudah menjadi umum dan ketika Pemimpin Agama bersuara pada komunitas agamanya baik dalam khotbah atau ibadah atau media massa, baik cetak atau elektronik, mereka harus mengekang lidahnya dan mawas diri terhadap kata-kata yang diucapkannya. Sering orang (secara tidak sadar) yang mengira diri mereka telah benar-2 mengenal Allah lalu mengambil alih ayat-ayat Kitab Suci - yg ditafsirkan secara salah - untuk dijadikan legitimasi dari maksud/tujuan pribadi pengkhotbah.  Hati-hati dengan lidahmu, sebab masyarakat yang lugu, yang hanya punya niat tulus beribadah dapat berubah menjadi penyebar kematian ketika yang mereka dengar sejak kecil adalah suara permusuhan dan kebencian.

MASYARAKAT INDONESIA YANG MAJEMUK

Berbagai Agama dan keyakinan hidup bersama di Negara kita, bahkan sejak belum ada Negara ini, pada masa Majapahit maupun Mataram Hidhu, nenek moyang kita telah terbiasa hidup berwarganegara dengan Agama Hindhu dan Budha yang berdampingan. Mungkin saja ini disebakan karena antara kedua Agama tersebut tidak ada kait mengait asal-usulnya, penulis kurang yakin, namun karena Negara kita ini Berdasarkan Hukum, Undang-Undang Dasar, dan Warna Hukum kita mengacu pada NIlai-Nilai Unviersal dan BUKAN nilai-nilai Agama, maka tidak ada alasan bagi kita untuk merusak keutuhan itu dengan menyebarkan kebencian dan permusuhan dengan Dasar Agama.

PERAN PENGAJAR AGAMA

Ketika kita mendengar bahwa sedemikian banyak orang telah diradikalisasi cara berimannya – entah karena membaca buku atau dipengaruhi secara lisan – harus kita ingat bahwa Iman yang radikal dan sudah menemukan sasaran kebencian dalam hatinya sejak lama,  sampai kapanpun akan berpotensi untuk menyebarkan kematian.  Setiap pengajar Agama harus bertanggungjawab kepada Tuhan atas apa yang disuarakannya, semakin banyak umat yang mereka pengaruhi, semakin besar tanggungjawabnya. Orang yang mendengar ajaran ibarat Anak Kecil yang siap menyerap informasi.  Jika anak itu disesatkan oleh ajaran orang tuanya, maka anak itu menjadi tersesat dan salah, tetapi lebih salah orangtua yang menyebabkannya tersesat.

TENTANG PENYESATAN

Umat yang mempercayai kekuatan Tuhan dan bersandar sepenuh hati pada kekuatan itu ibarat Anak-Anak Kecil di hadapan Tuhan. Umat yang demikian ibarat anak kecil yang merasa tenteram di pelukan Bapaknya. Namun ketika umat “tidak lagi menjadi anak kecil”, melainkan “mengambil alih peran Tuhan mengadili manusia dan membasmi manusia” maka bagi Tuhan hal itu adalah sesat, tetapi lebih sesat lagi bagi yang menyebabkannya.

INJIL MATIUS BAB 18

18:3        lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

18:4        Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.

18:5        Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."

18:6        "Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.

18:7        Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.

Hati-hati dengan kata-kata yang mempengaruhi orang lain, Hati-Hati dengan Lidahmu.

Bangunlah Pribadi  Umat menjadi “Anak-Anak Kecil”, biarkan mereka tetap bersandar sepenuh hati kepada Tuhan, sebab Roh Kudus Tuhan membangun orang yang dikasihiNya dengan dinamis, melalui Ruang dan Waktu Roh Kudus Tuhan tak berhenti membentuk “Anak-Anak “ ini menjadi Warga Kerajaan Sorga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun