Mohon tunggu...
Leonardo Eddyson
Leonardo Eddyson Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

ppksurabaya.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Menyebarkan Kebencian Karena Apapun Alasannya Ujungnya Adalah Kematian

20 Desember 2015   06:38 Diperbarui: 20 Desember 2015   11:48 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbagai Agama dan keyakinan hidup bersama di Negara kita, bahkan sejak belum ada Negara ini, pada masa Majapahit maupun Mataram Hidhu, nenek moyang kita telah terbiasa hidup berwarganegara dengan Agama Hindhu dan Budha yang berdampingan. Mungkin saja ini disebakan karena antara kedua Agama tersebut tidak ada kait mengait asal-usulnya, penulis kurang yakin, namun karena Negara kita ini Berdasarkan Hukum, Undang-Undang Dasar, dan Warna Hukum kita mengacu pada NIlai-Nilai Unviersal dan BUKAN nilai-nilai Agama, maka tidak ada alasan bagi kita untuk merusak keutuhan itu dengan menyebarkan kebencian dan permusuhan dengan Dasar Agama.

PERAN PENGAJAR AGAMA

Ketika kita mendengar bahwa sedemikian banyak orang telah diradikalisasi cara berimannya – entah karena membaca buku atau dipengaruhi secara lisan – harus kita ingat bahwa Iman yang radikal dan sudah menemukan sasaran kebencian dalam hatinya sejak lama,  sampai kapanpun akan berpotensi untuk menyebarkan kematian.  Setiap pengajar Agama harus bertanggungjawab kepada Tuhan atas apa yang disuarakannya, semakin banyak umat yang mereka pengaruhi, semakin besar tanggungjawabnya. Orang yang mendengar ajaran ibarat Anak Kecil yang siap menyerap informasi.  Jika anak itu disesatkan oleh ajaran orang tuanya, maka anak itu menjadi tersesat dan salah, tetapi lebih salah orangtua yang menyebabkannya tersesat.

TENTANG PENYESATAN

Umat yang mempercayai kekuatan Tuhan dan bersandar sepenuh hati pada kekuatan itu ibarat Anak-Anak Kecil di hadapan Tuhan. Umat yang demikian ibarat anak kecil yang merasa tenteram di pelukan Bapaknya. Namun ketika umat “tidak lagi menjadi anak kecil”, melainkan “mengambil alih peran Tuhan mengadili manusia dan membasmi manusia” maka bagi Tuhan hal itu adalah sesat, tetapi lebih sesat lagi bagi yang menyebabkannya.

INJIL MATIUS BAB 18

18:3        lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

18:4        Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.

18:5        Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."

18:6        "Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.

18:7        Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun