Mohon tunggu...
Leonard Valentino Ngandiri
Leonard Valentino Ngandiri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar aktif yang berdomisili di Jakarta

Menulis adalah jalan hidupku

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Parafrasa Puisi 'Pieta' karya Joko Pinurbo

8 November 2022   14:50 Diperbarui: 9 November 2022   11:09 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maria sudah berbulan-bulan

berkhidmat di rumah sakit

yang kelebihan pasien

            Dalam bait pertama ini, kita dapat memahami bahwa sosok "Maria" adalah seorang tenaga kesehatan yang bertugas di suatu rumah sakit selama beberapa bulan. Menurut waktu penulisan puisi ini yaitu 2021, dunia saat itu sedang dilanda musibah pandemi COVID-19 yang merebak sejak awal tahun 2020 di kota Wuhan, Tiongkok. Saat puisi ini ditulis, dapat diperkirakan bahwa pandemi ini masih berlangsung di dunia, terutama ditempat sosok "Maria" ini berada.

Pada bulan Juni tahun 2021, Indonesia sedang mengalami puncak gelombang kedua pandemi COVID-19. Lonjakan ini dapat dilihat dimana jumlah penambahan kasus harian pada bulan tersebut mencapai angka 58,000 pasien yang bertambah setiap harinya. Saat puncak pandemi berlangsung, banyak rumah sakit di seluruh penjuru negeri yang mengalami kelebihan kapasitas pasien (overcapacity) yang terjadi akibat banyaknya pasien yang terinfeksi COVID-19. Lonjakan ini terjadi akibat merebaknya penyebaran virus COVID-19 varian Delta yang memiliki ciri-ciri yaitu dapat menyebar dengan cepat namun sedikit susah untuk disembuhkan.

            Pada masa-masa itu, banyak tenaga kesehatan yang kemudian terpaksa untuk bekerja melebihi waktu kerja biasanya/lembur untuk membantu menangani lonjakan pasien tersebut. Sosok Maria disini dapat diinterpretasikan sebagai seorang petugas kesehatan, seorang suster yang ditugaskan selama berbulan-bulan merawat pasien di suatu rumah sakit yang mengalami kelebihan kapasitas dalam rangka memerangi penyebaran virus COVID-19 varian Delta yang pada waktu itu sedang menyebar dan menyebabkan Indonesia berada pada puncak gelombang kedua pandemi.

Hatinya lebih luas dari cinta

Tangannya lebih kuat dari derita

            Dalam bait kedua ini, kita dapat menginterpretasikan bagaimana kekuatan hati dan kekuatan dari Maria. Disini kita dapat memahami bahwa Maria memiliki hati yang lebih luas dari cinta. Hati disini tidak hanya hati yang mencari seorang pasangan hidup atau sosok yang dicintai, melainkan hati ini memiliki makna yang lebih dalam. Sikap rela berkorban dan tulus dapat ditemukan dalam hati ini karena kedua sifat ini lebih besar dan lebih mendalam daripada sekedar cinta. Cinta yang dimiliki oleh Maria ini membawanya untuk membantu merawat pasien-pasien yang menumpuk di rumah sakit tersebut dengan tulus. Meskipun ketika bekerja, Maria mengalami rasa jenuh atau lelah, namun demi ketulusannya, ia pun tidak memikirkan hal tersebut dan ia terus melayani para pasien. Hati yang Maria miliki ini tidak hanya untuk pasangan hidup atau orang yang ia cintai, namun hati ini dimiliki oleh pasien-pasien yang dibantu oleh Maria.

            Dengan tangannya, Maria telah berbuat banyak hal. Dari membantu pasien yang sakit hingga pasien itu sembuh, atau melihat seorang pasien yang akhirnya meninggal dunia setelah dirawat, semuanya itu telah dibantu oleh tangan Maria. Tangan yang selalu terulur untuk merawat pasien. Tangan yang selalu bersyukur ketika pasien yang dibantu menjadi sembuh maupun meninggal dunia. Dapat dikatakan bahwa tangan Maria ini telah melihat dan mengalami segalanya, bahkan bisa dibilang sebagai seorang saksi bisu dari segala yang dilakukan Maria dengan ketulusan yang ia miliki.

Dirawatnya kesakitan,

demi kesakitan, kematian

demi kematian. Diusapnya

wajah-wajah yang cemas

dengan ujung kerudungnya.

            Dalam tugasnya sebagai seorang perawat, Maria merawat semua pasiennya dengan penuh ketulusan. Dari pasien-pasien yang memiliki gejala ringan, gejala sedang, hingga gejala berat semuanya dirawat oleh Maria. Hingga pasien yang meninggal pun diberikan perlakuan yang sama dengan pasien lainnya sebagai persiapan untuk penguburannya. Pada masa itu, pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) diwajibkan bagi seluruh tenaga medis agar mereka memiliki pelindung tambahan untuk melindungi diri mereka dari penyebaran virus COVID-19 ketika mereka melakukan kontak dengan pasien yang terpapar. Dengan ujung dari APD nya, Maria mengusap wajah-wajah pasien yang cemas akibat penyakit yang mereka miliki. Dengan sepenuh hati Maria memberi perhatian kepada pasien tersebut untuk memberikan kekuatan kepada mereka untuk menghadapi penyakitnya.

Di senja yang sedih

dipangkunya tubuh

seorang dokter muda

yang gugur melawan pandemi.

Dibisikkannya sebuah doa:

"Diberkatilah engkau

yang menyelamatkan

nyawa dengan nyawa."

            Di suatu sore hari, Maria yang sedang sibuk merawat para pasien merasa suatu kesedihan yang luar biasa. Dipangkuannya terdapat jenazah seorang dokter muda, rekan kerjanya yang telah meninggal dalam perjuangannya untuk merawat pasien yang terpapar tersebut. Kemudian Maria membisikkan doa tersebut ke telinga dokter itu. Doa itu bermakna bagi dokter itu. Dokter itu dalam perjuangannya telah merawat banyak pasien agar sembuh dari penyakit yang dimilikinya. Setelah menyelamatkan banyak nyawa, dokter ini kemudian meninggal dunia akibat keletihan dan kemungkinan terpapar oleh penyakit yang ia bantu untuk disembuhkan. Namun dibalik kematian dokter muda ini, ia telah banyak membantu para pasien untuk sembuh dari penyakitnya dan perjuangannya pun berbuah manis dengan banyak pasien yang sembuh. Memang pada masa pandemi, banyak tenaga kesehatan yang gugur dalam perjuangan mereka untuk menyembuhkan para pasien yang terpapar virus ini. Namun dibalik kematian mereka, mereka telah membantu banyak pasien untuk sembuh dari penyakitnya sehingga kematian mereka tentu tidak sia-sia jika dibandingkan dengan orang yang telah mereka bantu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun