Mohon tunggu...
Healthy Pilihan

Imunisasi dan Komunitas Anti Vaksin

8 Maret 2016   07:28 Diperbarui: 16 Juni 2017   15:50 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lady Mary Montagu_sumber_Perpustakaan College of Physicians of Philadelphia

Kampanye sporadis diupayakan oleh pemerintah, melalui gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) untuk menciptakan Indonesia bebas Polio. Iklan dan promosi bertebaran, televisi, radio, dan segala plakat, berharap PIN yang diselenggarakan 8-15 Maret sukses menarik minat anak bangsa.

Namun tak dipungkiri, semeriah apapun seruan negara, PIN tak bakalan dapat menarik 100 persen dari usia imunisasi untuk mendapatkan vaksin. Kendala geografis, azas prioritas, sekadar lupa, dan bahkan terdapat komunitas yang anti terhadap penggunaan vaksin.

Benar, terdapat sebagaian masyarakat Indonesia yang menolak menerima atau memberikan anggota keluarganya untuk mendapatkan imunisasi vaksin.

Anti vaksin, kategori (I) adalah komunitas yang memiliki kecurigaan berlebih kepada pemerintah, sistem kesehatan, dan bisnis farmasi. Berpijak pada teori konspirasi yang beranggapan imunisasi adalah kebohongan, penyebab ketergantungan pada obat modern, bahkan menyatakan vaksinasi merupakan sumber petaka kesehatan.

Untuk kategori (II) anti vaksin, ini merupakan komunitas masyarakat yang menolak vaksinasi karena alasan teologis, berseberangan dengan keimanan, dilarang dalam kepercayaannya. Sementara kategori (III) adalah gabungan kategori (I) dan (II).

Di luar negeri gerakan anti vaksin kategori (I), banyak terdapat di negara barat. Vaksin sesuatu yang jahat, penuh konspirasi, penyebab penyakit, suatu pernyataan yang tak didasari prinsip keilmuan, menggunakan sampel random dari beberapa kejadian untuk dipelintir bagi kepentingan gerakan ini.

Sementara untuk Indonesia, gerakan anti vaksin cenderung kategori (II), dan bahkan kategori (III). Sejujurnya jauh lebih sulit melakukan pendekatan jika gerakan anti vaksin karena alasan teologis dengan bersandarkan teori konspirasi.

Alasan teologis adalah alasan untuk selalu benar dengan segala dalil pembenaran, meski membahayakan diri, keluarga, orang sekitar, dan lingkungannya. Tentu debatable, dapat diperdebatkan, karena banyak pula yang memiliki tafsir teologis sebaliknya, yang mendukung penggunaan vaksin demi kesehatan dan menyelamatkan jiwa.

Semakin parah jika alasan telogis anti vaksin, bersandar pada teori kospirasi, paranoia akut, mental bahwa dunia dan segala isinya penuh akan kejahatan yang akan menghancurkan diri dan komunitas.

Bagaimanapun, pilihan komunitas tertentu menolak imunisasi/ vaksinasi harus dihargai sebagai hak kebebasan berpikir dalam pilihan. Tentu saja sepanjang tidak membahayakan atau berisiko pada kesehatan lingkungannya.

Dalam dunia kesehatan, dapat dipastikan, tidak semua manusia dapat menerima perlakuan medis, termasuk imunisasi, penyebabnya adalah tubuh tak menerima zat tersebut yang mengakibatkan efek alergi, ini berdampak minor sampai tingkat mematikan. Dengan metode modern, sistem terukur, kejelian praktisi kesehatan, hal-hal tersebut dapat dihindari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun