Tari menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya kembali. Rasa sesak dalam dada tak mampu ditahannya lagi mendengar dirinya tidak keluar sebagai pemenang lomba tarik suara untuk kesekian kali. “Ah, sudahlah Tuhan memang tidak adil, saya telah berusaha namun mengapa hasilnya seperti ini”
Kata-kata seperti yang diucapkan Tari mungkin akan kita ungkapkan pula ketika menghadapi situasi hidup yang kurang nyaman. Menyalahkan Tuhan pada situasi tersebut menjadi jurus andalan kala raga telah bingung bagaimana mengekspresikan kekecewaan diri. Hal ini terkadang menjadi sulit dihindari karena manusia dengan keterbatasan pikirannya menganggap tak ada yang dapat dilakukannya lagi selain menyalahkan Tuhan pada titik krisis cerita hidupnya. Prinsip hidup “saya telah berusaha semaksimal mungkin, sisanya saya serahkan kepada Tuhan” menjadi acuan bahwa kegagalannya merupakan sepenuhnya tanggung jawab Tuhan. Tak ayal, hubungan antara manusia dan Tuhan perlahan menjadi renggang.
Menghadapi situasi seperti Tari tentu berat. Usaha yang maksimal namun belum mendapat hasil terbaik tentu menjadi kekecewaan tersendiri dalam diri. Akan tetapi menyalahkan Tuhan dalam menghadapi masalah hidup merupakan tindakan yang tidak tepat, karena seyogyanya pikiran manusia tak pernah mampu menyelami setiap rencana Tuhan dalam hidupnya. Tuhan tentu telah menyiapkan rencana indah dibalik setiap kegagalan yang telah kita alami. Percayalah, Tuhan sangat mencintai dan memuliakan manusia sehingga hidup kita tentu sepenuhnya dijamin oleh Tuhan. Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Tuhan itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang telah dijadikan-Nya. Terus berdoa dan bekerja serta mengandalkan Tuhan, karena akan ada pelangi setelah hujan, akan terbit matahari setelah gelap malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H