Mohon tunggu...
Lenterasenja berpijar
Lenterasenja berpijar Mohon Tunggu... Novelis - Wiraswasta

Penulis novel, Editor, Penerbit Indie

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sepotong Hati untuk Prasasti (Bagian 3)

13 Maret 2024   06:31 Diperbarui: 13 Maret 2024   06:33 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Tapi, di taman ini tidak ada orang, tetap saja berbahaya. Kalau ada orang jahat, bagaimana? Lagipula, kenapa Prasti tidak ngaji juga? Teman-teman kamu kan pada ngaji semuanya?" tanya Pras khawatir.

"Prasti sudah ngaji, Om. Sekarang Prasti bosan. Prasti sudah izin sama Umi, kok." Sekali lagi, gadis kecil itu menjawab tanpa merasa bersalah.

Dalam hati, Pras agak jengkel juga, kok bisa Umi Prasti mengizinkan gadis imut yang lucu ini keluar sendirian. Ia saja yang bukan siapa-siapanya sempat khawatir. Bagaimana pun, gadis itu mudah membuat orang jatuh cinta. Jujur, kalau dibolehkan, ia sendiri yang akan membawa gadis itu pulang. Ibunya pasti akan dengan senang hati menerima.

Eh ... Sebenarnya yang jadi penjahat di sini siapa? Pras merutuki kekonyolannya.

Dua insan berlainan jenis beda generasi itu pun berbincang dan bercanda hingga akhirnya, terdengar suara gaduh anak-anak dari arah TPQ.

"Itu anak-anak sudah selesai. Prasti ke sana dulu, Om, nanti Umi cari," kata Prasti.

Tanpa menunggu jawaban Pras, gadis kecil itu langsung melesat pergi.

Dari jauh, tampak anak-anak berhamburan keluar. Ada yang jalan kaki, ada yang naik sepeda, ada yang dijemput orang tua masing-masing.

Antusiasme mereka tampak luar biasa dan patut diacungi jempol. Di tengah arus islamofobia yang semakin gencar, ternyata masih banyak orang yang peduli dan antusias mendorong dan mengawal anak-anak mereka belajar Al-Qur'an.

Pras sendiri merasa malu. Waktu kecil ia hanya belajar Al-Qur'an sekadarnya. Ia baru belajar sungguhan beberapa tahun yang lalu ketika dirinya betul-betul sudah hijrah. Itu pun saat di negeri orang, tepatnya ketika menimba ilmu di negeri kangguru. Ironis, memang.

Pras menghela napas. Suasana di halaman TPQ sudah mulai sepi. Hanya ada beberapa anak dan guru pengajar. Sudut mata Pras yang tajam sempat menangkap bayangan mungil yang sedang menarik-narik tangan seorang wanita bergamis. Tingkahnya lucu dan menggemaskan sekali membuat pemuda itu tersenyum sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun