Sejak suaminya meninggalkannya lima tahun yang lalu karena tergoda perempuan, Sarinten harus membanting tulang kerja serabutan. Apa pun ia lakukan asalkan halal. Apalagi, saat itu ia sedang hamil besar. Namun, itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Sungguh, Sarinten tidak pernah benci atau menyalahkan Ratih. Juga orang-orang di sekitarnya yang memiliki pemikiran sama dengan Ratih. Mereka benar, Sarintenlah yang salah. Bahkan, ketika semua orang menyalahkannya, wanita berwajah pucat yang kadang sehari makan sehari tidak itu tidak pernah menyalahkan mereka.
Saat para tetangga menuduhnya tidak mau bergaul hanya karena tidak berbelanja di warung terdekat dan lebih suka berbelanja di tempat lain, ia juga tidak menyalahkan mereka. Mungkin para tetangga pada lupa bertanya, apakah dirinya punya uang untuk berbelanja.
Sekali lagi tidak marah atau kecewa. Ia tidak pernah menyalahkan mereka karena tahu, Ratih dan yang lainnya mungkin sedang lupa untuk bertanya padanya apakah ia butuh pertolongan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H