Entah berapa lama aku tertidur, aku merasa telah tertidur lama sekali.
Kepalaku Pusing, Tenggorokanku kering, Badanku seolah tak ada isinya, melayang, sangat ringanhingga tak bisa kurasakan jari-jariku.
diatas tumpukan sampah basah merah, ya aku mulai bisa memerhatikan keadaan sekitar. sakit yang sangat aku rasakan dilengan kiriku, ada lubang sebesar ibu jari yang sudah hampir tak terlihat tertutup darah yang mengering. Aku mulai mencoba menggerakkan kepalaku yang terasa sangat berat.Â
Sekilas aku mulai terusik suara aneh yang mengganggu telingaku, kucoba mencari asal suara, aku tertatih mencoba menggapai tanah, perlahan aku bangkit dan berdiri. suara aneh itu berasal dari sebuah bungkusan plastik besar aneh yang bergerak-gerak.Â
auuff, auuufff, ooofff, huuufff....
suara itu terus terdengar samar,perlahan aku melihat tubuhku yang berlumur darah, merah pekat. sebisaku aku mencoba menghampiri sumber suara aneh itu. mulai terlihat sosok wanita terbungkus plastik yang mencoba begerak, seperti kepompong yang bergerak dan menyanyi pahit.Â
Lengan kiriku serasa lumpuh, dengan satu tangan kucoba menyobek plastik yang menutupi mukanya, berharap bisa menolong.Â
Teriakan tolong dan kesakitan langsung terdengar lantang saat mulut dan hidungya terbebas. lalu tangisan dan ratapan.Â
Sebisaku menenangkannya sambil terus berusaha melepas bungkusan platik tebal itu. setelah ia terbebas, tubuh yang hanya terbalut pakaian dalam khas wanita kaya itu penuh luka, dengan lemas ia mencoba berdiri, tapi apa daya tubuh lemah itu terlalu lemah bahkan untuk bergerak.Â
Sebisaku aku membawa dia, wanita aneh setengah telanjang itu ketempat biasa aku berlindung dari hujan dan malam.Â
tanpa banyak bertanya aku membaringkan dia, lalu memberinya air. setelah itu dia kembali terlelap dalam mimpinya.Â
Hiruk pikuk kendaraan besar mulai riuh terdengar. itulah pemandangan sehari-hari dilingkungan yang telah aku tinggali selama hampir 22 tahun ini. 21 tahun 2 bulan tepatnya.Â
Tanganku terbalut kain sobekan bajuku, tubuhku juga telah bersih dari darah, sambilmencoba mengingat apa yang terjadi aku mencoba bangun, tiba-tiba tangan lembut mungil membantuku bersandar.
Ya, dia wanita aneh yang semalam, dia sudah tak lagi telanjang melainkan memakai baju lusuh yang juga punyaku.Â
"Kamelia, sapanya. kamu?"
"Langit jawabku singkat. dia memberi air dan tersenyum.
"terima kasih, terima kasih". ucapnya dengan mata nanar.
"bolehkah sementara aku tinggal disini?" lanjutnya.
aku masih terdiam, mencoba menerka apa yang akan terjadi.Â
Dalam gelas plastik disampingku aku melihat logam keci, aku mengamatinya.Â
"itu adalah sisa peluru yang melukai tanganmu, sudah kuambil,kamu akan selamat" katanya sambil mengintip celah kecil di dinding.Â
"setidaknya dalam waktu dekat".
aku hanya terdiam sambil menatap nanar. kusulut rokok sisa makan malam kemarin, kuhisap dalam-dalam.Â
"kamelia", "peluru", lalu apa lagi,
entahlah.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H