Mohon tunggu...
Lentera Andalus
Lentera Andalus Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Santri Putra SMA IT Al Andalus Jonggol

Santri-santri yang gemar menulis, berimajinasi, dan bermimpi menjadi lentera bagi kejayaan Islam

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tak Kasat Mata

17 November 2023   16:58 Diperbarui: 17 November 2023   17:07 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kanala menyambut Bapak dengan berkata,"Bapak ayo masuk, makan Pak. Bapak sudah makan belum?"

Bapak tersenyum dan menjawab,"Wah, lebaran ini Ibu masak apa, La?" Aku memicingkan mataku.

Sangat, sangat tahu diri bukan? 

Kanala kembali menyahut,"Biasa Pak, Lala ambilkan ya?" Bapak mengangguk.

Aku masih saja terdiam, sebelum sesaat kemudian masuk ke kamarku dan menyendiri, lebih tepatnya menghindari kehadiran Bapak. Ibu jarang menemui Bapak, Ibu lebih banyak berada di kamarnya ketika ada Bapak tetapi Ibu tak pernah melarang Bapak untuk datang karena menurutnya Bapak perlu menjalin silaturahim dengan kedua anaknya.

Dari kamar aku mendengar percakapan Bapak dengan Kanala di ruang tengah, "Pak, Lala akhir tahun ini mau ada studi wisata, butuh uang enam ratus ribu. Lala nggak mau minta sama Ibu,"kata Kanala.

Bapak menjawab,"Doain Bapak ya, La. Sekarang Bapak belum ada uang." Jawaban yang selalu saja sama diberikan untukku ketika dulu aku meminta uang.

Terkadang aku heran, kalau memang tidak ada uang mengapa Bapak memaksakan diri untuk menemui kami di Jakarta, padahal ongkos dari Semarang ke Jakarta lumayan. Kenapa uang yang seharusnya untuk ongkos Bapak tidak dikirimkan saja untuk aku dan Kanala? Aku selalu kesal dibuatnya.

Tak lama berselang aku mendengar Bapak berpamitan pada Kanala,"La, Bapak mau ke rumah Budemu dulu itu yang di Depok, mungkin Bapak nggak lama di Jakarta, besok pulang ke Semarang. Raina di kamar ya? Coba panggilkan ibu, La, Bapak mau lebaran."

Dalam hitungan detik, aku mendengar Kanala mengetuk pintu kamarku,"Kak Nana, Bapak mau pulang," dan aku jawab dengan malas.

Ketika aku keluar kamar, sudah ada Ibu disana sedang berbicara dengan Bapak,"Na, Bapak pergi dulu, ya. Jaga Ibu dan Kanala,"ucap Bapak padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun