Cerita Aida Watiningsih bukan satu-satunya yang menyentuh hati. Ada banyak kisah lain dalam buku ini yang menggambarkan perjuangan dan keteguhan hati yang luar biasa. Misalnya, kisah Cut Sera yang berbagi tentang keberaniannya menuliskan pengalaman hidupnya. Menjawab pertanyaan seorang peserta tentang apa yang membuatnya berani menuliskan kisah ini, ia mengatakan: "Karena di hidup saya banyak cerita yang sifatnya asli dan sayang jika tidak dituliskan. Sahabat saya bahkan berpesan: Setiap perjalananmu tulis! Siapa tahu bisa menjadi pembelajaran bagi orang lain. Itu pun jadi amal ibadah juga." Jawaban ini mencerminkan betapa pentingnya berbagi pengalaman hidup untuk memberikan inspirasi dan pembelajaran bagi orang lain.
Sementara itu, Diah Andika Sari, penulis lainnya, menjawab: "Saya bahagia bisa bercerita tentang perjalanan hidup saya, karena ini merupakan kesempatan untuk berbagi pengalaman sehingga cerita ini bisa menjadi inspirasi dan menguatkan perempuan-perempuan di seluruh dunia." Pernyataan ini menunjukkan betapa kuatnya semangat para penulis untuk berbagi dan membantu orang lain melalui cerita mereka. Dan masih banyak kisah-kisah lainnya yang dapat menguras air mata, dalam buku antologi "Melintasi Badai". Â Berikut ini adalah para penulis dari buku antologi "Melintasi Badai".
Peluncuran buku ini juga menjadi ajang bagi para penulis untuk saling mendukung dan menguatkan. Dalam sesi tanya jawab, para penulis berbagi lebih banyak tentang pengalaman mereka dan bagaimana mereka menemukan kekuatan untuk menuliskan kisah-kisah ini. Mereka berharap bahwa dengan berbagi cerita, mereka bisa memberikan inspirasi dan semangat kepada pembaca, terutama kepada mereka yang mungkin sedang menghadapi badai kehidupan.
Bagaimana para penulis bisa bangkit kembali? Pertanyaan ini menggugah banyak hati yang mendengarnya. Andrisari Reshalia memberikan jawabannya dengan penuh kebijaksanaan, "Rata-rata, pada akhirnya kembali pada Tuhan. Ada yang melalui pertolongan perantara manusia, ada juga yang dengan sendirinya dibimbing Tuhan untuk kembali ke jalan-Nya."
Dalam keterpurukan, mereka menemukan kekuatan melalui berbagai cara. Beberapa penulis menceritakan bagaimana mereka bertemu dengan orang-orang baik yang membantu mereka bangkit, memberikan dukungan dan semangat di saat-saat paling gelap. Teman, keluarga, bahkan orang asing bisa menjadi perantara kasih Tuhan, yang menyentuh hati dan memberikan harapan baru.
Ada juga penulis yang menemukan kekuatan dalam kesendirian, dalam keheningan doa dan refleksi. Dalam momen-momen hening itulah mereka merasakan kehadiran Tuhan yang membimbing mereka, menguatkan hati, dan menunjukkan jalan keluar dari kegelapan. Mereka merasakan bahwa meskipun dunia terasa hampa, ada kekuatan yang lebih besar yang menopang mereka, yang tidak pernah meninggalkan mereka meski dalam situasi paling sulit sekalipun.
Proses kembali ke jalan Tuhan ini bukanlah hal yang mudah dan instan. Butuh waktu, kesabaran, dan seringkali air mata. Namun, melalui setiap langkah kecil, mereka merasakan kebangkitan perlahan-lahan. Setiap doa yang dipanjatkan, setiap dukungan yang diterima, setiap momen refleksi, semuanya berkontribusi pada proses penyembuhan dan penguatan diri.
Dalam buku antologi "Menolak Rapuh dan Melintasi Badai", kita akan menemukan kisah-kisah ini. Kisah tentang bagaimana para penulis menemukan kembali kekuatan mereka melalui iman dan bantuan dari sesama. Setiap cerita adalah cermin dari keteguhan hati dan keajaiban pertolongan Tuhan yang datang dalam berbagai bentuk. Membaca kisah-kisah ini, kita diajak untuk menyelami perjalanan spiritual yang mendalam, memahami bahwa dalam setiap cobaan, selalu ada harapan dan jalan untuk bangkit kembali.