Indari Mastuti memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai alasan tersebut.
"Kita tidak bisa bergantung pada mahluk Allah meski itu suami. Sebab suami adalah manusia biasa seperti halnya istri," kata Indari Mastuti.
Suami adalah manusia biasa seperti halnya istri, ada khilaf, ada lemahnya dan ada rapuhnya.
Dan akhirnya jika ketergantungan seorang istri sangat tinggi, betapa rapuhnya seorang istri ketika memiliki suami tidak seperti yang diharapkannya.
Pernikahan yang diharapkan indah, ternyata berjalan tidak sesuai yang diharapkan. Selalu ada gejolak didalamnya, baik itu persoalan ekonomi, persoalan sosial, persoalan karakter, persoalan emosional, persoalan anak dan banyak persoalan lain.
Indari Mastuti juga memberikan contoh cerita miris yang terjadi di masyarakat yaitu sebuah kasus seorang ibu membunuh tiga anak karena beliau takut tidak bisa membesarkan dengan anak di tengah himpitan ekonomi, astagfirullah.
Meski uang bukanlah segalanya, tapi untuk hidup uang sangat dibutuhkan.
Inilah sebabnya Indari Mastuti sangat teguh dengan visi mencetak perempuan yang produktif, perempuan yang mandiri secara ekonomi, perempuan yang kuat secara mental, perempuan yang pantang mengeluh, perempuan yang antusias untuk selalu belajar, dan perempuan yang dekat dengan-Nya.
Sebab dengan kekuatan yang dimiliki, maka rasa ketergantungan akan semakin minim.
Perempuan akan semakin siap menghadapi seburuk apapun kenyataan hidup yang dihadapinya.
Indari Mastuti mengaku sering mendapatkan curhatan dari para perempuan di sekitarnya.