Keinginan menjadi yang terbaik terkadang menyisakan kekecewaan ketika akhirnya kita tidak dapat menjadi seperti apa yang kita inginkan.
Sedangkan menjadi lebih baik menyisakan makna bahwa, dalam proses penyempurnaan langkah yang dilakukan setiap waktu.
Salah satu yang membedakan antara keinginan menjadi yang terbaik dengan menjadi lebih baik adalah pada penerimaan kritik yang diberikan.Â
Terkadang keinginan menjadi yang terbaik mengabaikan kritik konstruktif (membangun) yang diberikan oleh orang lain, sedangkan keinginan menjadi lebih baik selalu welcome dengan berbagai kritik yang hadir.
Saat ini, meng-upgrade diri dan siap belajar seumur hidup merupakan suatu keharusan. Dalam  melangkah, suatu kritikan dapat menjadi senjata yang ampuh untuk kita tumbuh dan berkembang. Kita harus bisa belajar menerima dan menyambut kritik sebagai sarana untuk menjadi lebih baik.
"Semakin kita menerima kritik, semakin mudah kita memanfaatkannya untuk membangun keunggulan kita," tegas Indari Mastuti.
Bertanggungjawab pada Masa Depan
Sejak masih kecil, Indari Mastuti pernah mengalami masa-masa tersulit dalam hidupnya. Berdasarkan pemaparannya, kehidupan Indari Mastuti sejak lama memang tidak bisa mengandalkan bimbingan kedua orang tua.Â
Pertama, Bapak pasif membimbing keluarga karena sakit stroke sejak Indari Mastuti duduk di kelas dua SMP dan meninggal ketika Indari Mastuti lulus SMA. Sementara mama sebagai ibu rumah tangga biasa tiba-tiba harus pontang panting membiayai ekonomi keluarga. Nyaris mereka berempat (Indari Mastuti, dua kakak, dan adik) terlantar secara psikologis.
Namun, Indari Mastuti mengatakan bahwa Ia merasa beruntung sebelum peristiwa ketelantaran itu berkat energi positif yang ditularkan oleh sang Bapak.
"Bapak telah menularkan banyak energi positif pada anak-anaknya untuk hidup secara mandiri dan kuat mengatasi segala persoalan," kata Indari Mastuti.