Ketika Anak-Anak Palestina Kehilangan Orangtuadan Guru
Oleh Leni Marlina
Di tengah reruntuhan yang merintih,
Kami duduk dalam kekosongan yang menusuk,
Orang tua kami telah pergi,
Tewas dalam dentuman yang mengoyak tanah Palestina.
Kami merindukan pelukan lembut mereka,
Suara mereka yang tenang di tengah ledakan yang mengguncang,
Kini hanya bayangan yang tersisa,
Di antara tembok-tembok yang runtuh dan tanah yang merah berlumur darah.
Guru tercinta, penyuluh jiwa dan hati kami,
Kini menghilang dalam kobaran api yang menelan,
Engkau selalu hadir dengan kasih sayang yang tulus,
Menyayangi dan memuliakan kami, murid-muridmu yang penuh harapan di Palestina.
Di ruang kelas yang dulu hangat oleh senyummu,
Kini debu-debu reruntuhan memenuhi tempat kami belajar,
Lantai yang dulu kami jejak penuh rasa semangat,
Kini berserak oleh puing dan pecahan kaca.
Di tenda-tenda pengungsian yang padat dan sunyi,
Kami mencari kedamaian di antara deru angin dan suasana yang dingin,
Langit Palestina yang selalu biru,
Kini dipenuhi asap kelam dan serpihan mimpi yang hancur.
Dari balik reruntuhan menara-menara yang pernah menjulang di Palestina,
Kami mengenang tatapan lembutmu yang selalu penuh kasih,
Kau ajarkan kami ilmu dengan sabar,
Sementara di luar, hujan peluru bagaikan badai kemarahan, menyanyikan lagu duka.
Namun, di balik duka yang membungkus malam,
Kami adalah cahaya yang tak pernah padam,
Anak-anak Palestina yang berdiri teguh di tengah badai,
Dengan tekad baja, kami melawan kepungan penderitaan.
Dalam malam yang pekat, di mana bintang-bintang tersembunyi,
Kami duduk di tenda-tenda yang suram,
Dengan tubuh yang terluka dan jiwa yang rapuh,
Di antara puing-puing yang menyisakan luka dan cacat di tubuh kami yang tak bersalah.