Mohon tunggu...
Leni Marlins
Leni Marlins Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

hobi menulis tentang banyak hal untuk menyampaikan ide

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Seni Mengubahku Menjadi "Lebih Baik"

23 Agustus 2017   17:48 Diperbarui: 25 Agustus 2017   22:58 1695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ytimg.com
ytimg.com
Masa Kehilangan

Di SMA, semua keceriaan saya rasanya hilang. Sebabnya, saya harus berkompetisi dengan pelajar lain untuk memperoleh nilai yang excellent di mata pelajaran Matematika, Fisika, dan Kimia. Saya merasa begitu lemah dan gagal ketika ujian berakhir dan hasilnya keluar. Bagaimana tidak, isinya angka merah semua. Hari-hari saya dihabiskan untuk melakukan remedial karena tidak lulus. Ya ampun. Masa itu benar-benar membuat saya tak percaya diri.

Untungnya, di sekolah tersedia perpustakaan yang sangat bagus. Saya bilang bagus karena buku-bukunya lengkap sekali, tempatnya adem pula. Itulah surga yang selalu saya tuju tiap pulang sekolah. Di sanalah saya berkenalan dengan Pramoedya Ananta Toer dan masih banyak penulis luar biasa lainnya.

Lantas, untuk mengekspresikan jiwa seni, saya mulai menulis cerpen di majalah sekolah. Tidak dibayar, tetapi saya merasa puas karena di sanalah saya bisa menunjukkan eksistensi. Nilai eksakta saya mungkin anjlok, tetapi orang-orang tahu saya bisa menulis. Rasanya itu sudah sepadan.

Saya rasa, kebahagiaan ketika menulis itulah yang membuat saya mengambil keputusan untuk berkuliah di Jurusan Sastra Indonesia. Inilah langkah yang hingga sekarang tidak pernah saya sesali. Semakin bahagia dan mantap rasanya ketika ayah dan ibu pun merestui pilihan tersebut.

Di kampus sastra ini, saya kembali menemukan diri sendiri. Di sekitar saya, berkeliaran banyak anak-anak muda dengan ekspresi seni mereka yang unik. Tugas-tugas saya juga sangat banyak yang berkaitan dengan seni, baik seni menulis, seni pertunjukan, dan sebagainya. 

Saya belajar banyak hal, mulai dari filsafat, kritik sastra, sejarah kebudayaan, bahkan teater. Sementara itu, di luar kampus, saya mulai banyak mengikuti lomba menulis. Saya juga berkenalan dengan blog. Saat itu, profesi blogger masih belum sefenomenal sekarang. Isinya sih lebih banyak tulisan-tulisan "receh" yang kalau dibaca saat ini rasanya memalukan.

Selain menikmati kebebasan berekspresi, hal yang sampai saat ini saya syukuri adalah bisa berteman dengan orang-orang yang berpikiran terbuka. Di kampus itulah saya belajar banyak tentang toleransi, menerima perbedaan tanpa harus dibesar-besarkan. Soal perbedaan agama, saya tidak pernah mengalami masalah, tidak pernah dikucilkan, apalagi dihina. Kepercayaan saya tidak pernah dipertanyakan. Begitu pula perbedaan pendapat. Sangat jarang terjadi acara gontok-gontokkan hanya karena adu pendapat. Setidaknya itulah yang saya rasakan. Sebagian besar mahasiswa justru sibuk mengadakan pentas seni, ikut menonton pertunjukan teater yang kalau dipikir-pikir sangat absurd, dan sebagainya. Adem rasanya...

Masa Kini

Beruntungnya, saya bisa terjun ke dunia tulis-menulis pada saat bekerja. Ini benar-benar passion saya. Setiap hari saya harus bergulat dengan tulisan untuk mengantarkan ide ke benak pembaca. Saya rasa, ini berkah yang harus saya syukuri karena dengan demikian, saya bisa mencari nafkah dengan bahagia.

pexels.com
pexels.com
Namun, selain bisa menghidupi diri sendiri dan keluarga, ada beberapa manfaat seni, khususnya seni menulis yang saya rasakan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun