Dalam keadaan yang lemah, Hanin utarakan permintaan maaf untuk Hamzah karena rasa yang tak seharusnya ia labuhkan. Juga permintaan maaf untuk Yasmin karena telah lancang memberi kecewa. Hanin pandangi wajah ayah bunda serta kakaknya dalam pandangan yang dalam. Sungguh bersyukur Hanin dapat merasakan nikmat yang telah Allah beri.Â
Tangis pecah disaat sebuah kalimat Hanin utarakan kepada sang ayah. Keinginan terakhir untuk dapat melaksanan dhuha yang tadi tak sempat ia selesaikan bersama cinta pertamanya, ayahnya. Tak mampu sang bunda menahan tubuhnya agar tetap tegak. Hamzah rangkul pundak yang bergetar dengan kencang tersebut.Â
"Ayah, tolong imami Hanin dalam dhuha kali ini. Izinkan Hanin melihat surga bersama dengan yang Hanin cintai".Â
Shalat dhuha kali ini begitu damai Hanin rasakan. Namun tidak untuk sang ayah. Saat salam terucap, pecah sudah tangis dari bunda Aminah dan Yasmin melihat Hanin yang terkulai setelah shalat selesai. Pundak tegap ayah Farhan yang masih duduk bergetar tanpa dapat dikontrol.Â
Hanin telah berpulang bersama dengan cinta yang ia miliki untuk dhuha. Memang tak ia dapatkan cinta dunia kepada pemuda yang ia kagumi. Namun, Allah telah menjadi cinta abadi yang ia genggam. Cinta yang ia miliki kepada seorang hamba tak mampu mengalahkan cintanya pada sang pencipta.Â
Allah menyayangi Hanin, hingga dengan tenang Ia jemput Hanin saat menjalankan dhuha terakhirnya. Dhuha menjadi simbol cinta yang Hanin miliki. Keikhlasan dan keimanan yang kuat yang tertanam dalam hati Hanin mampu membuatnya mendapatkan mahabbahnya Allah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H