Hari ini panas begitu menyengat. Ruas jalan padat dengan kendaraan berlalu lalang. Ada yang sesekali menekan klakson, ada yang menerobos lampu merah tak sabar. Ada juga yang tak sadar sudah lampu hijau, namun tetap diam, saking asyiknya melihat ponsel sembari menunggu lampu berwarna hijau.
Gee melirik ponsel pada sudut kiri atas
"Jam 12.07, Alhamdulillah Zuhur, ga berasa juga" gumam gee.
Terdengar lantunan adzan dari balik jendela, sembari gee memperhatikan kepadatan ruas jalan siang ini.
Gee kembali melirik ponsel, menariknya kebawah dengan jari kemudian layarpun tergulung kebawah.
"11.01" gumam gee lagi.
Gee mencari lagi pesan WhatsApp yang dikirimnya mengenai pemberangkatan bus yang ditumpanginya saat itu. Perjalanan yang amat panjang, rupanya gee sudah menempuh 1 jam lamanya, tetapi belum ada setengah perjalanan menuju ke rumah.
Tak sadar mendadak gee menggerutu kesal. Bayangkan, perjalanan jauh gee harus menumpangi bus tanpa tempat duduk dari rute paling ujung ke ujung. Serta, volume kendaraan yang meningkat dari biasanya membuat perjalanan kali ini teramat panjang. Kemudian kakinya yang tak sengaja tertimpa ponsel yang terlepas dari genggamannya itu, tersebab tubuhnya yang mulai lunglai tergelayut oleh bus yang bergerak dan mengerem mendadak secara bergantian.Â
Keteledoran Gee hari ini yang tak membawa masker sehingga Gee mencium warna warni bebauan. Perasaan yang campur aduk, sesekali Gee mengkhawatirkan tubuhnya yang kemungkinan sebentar lagi ambruk tidak lagi mampu bertumpu.
Gee turun bus di halte bukan halte biasanya gee turun. Sepanjang perjalanan Gee pulang dari bekerja, Gee menggerutu mengadu kesal. "Ingin terbang saja rasanya!" ucapnnya sembari mencoba menahan kesal.
Beberapa langkah Gee menuruni anak tangga halte, menyebrangi jalan kemudian berjalan secepat mungkin agar sampai rumah segera. Gee lantas dikejutkan dengan munculnya bapak-bapak  penjual tisu dihadapannya.Â
Bapak itu seketika tersenyum sembari melambaikan tangan ke temannya sesama penjual tisu disebrang jalan. Gee melihat senyum itu penuh makna, tanpa beban sama sekali.Â
Gee yang baru diuji hitungan jam saja sudah menggerutu tiada ampun. Bapak penjual tissu itu? Gee tidak tau tiap hari mungkin  kehujanan dan kepanasan demi mencari nafkah. Sekujur tubuhnya basah dijalan, kering dijalan. Bukan sekedar itu, bisingnya klakson dan suara kendaraan berlalu lalang seraya sudah menjadi sahabat akrab bapak bapak penjual tisu itu.
"Sementara kamu Gee!, kamu enak! Perjalananmu tidak kepanasan, tidak kehujanan. Kamu hanya perlu bersabar sedikit, bahwa perjalanan tidak sepenuhnya cepat dan mudah. Lihatlah orang diluar sana, tak banyak yang mungkin menginginkan perjalanan hidup yang kamu jalani saat ini" gee seketika berfikir.Â
Merenungkan apa yang baru saja dilihat dihadapnya. Mungkin terkesan biasa. Hanya melihat senyum!. Tapi apa kau tau? Pancaran aura bapak itu berbeda! . Matanya tersorot rasa ikhlas, sabar dan penuh syukur.
"Pak, melihatmu hari ini. Bukan sekedar aku ingin berjalan lebih cepat lagi, pergi lebih jauh lagi, melompat lebih tinggi lagi. Jika perlu tidak bisa lagi terukur. Terimakasih pengajarannya atas rasa syukur pak.Â
Darimu aku belajar tuk menjalani kehidupan ini tanpa keluh kesah. Ikhlas dan senantiasa menebar senyum. Meskipun senyum itu pak, bukanlah untukku". Gee lebih mempercepat lagi jalannya, sembari menyesali gerutuannya selama di dalam bus tadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI