Bapak itu seketika tersenyum sembari melambaikan tangan ke temannya sesama penjual tisu disebrang jalan. Gee melihat senyum itu penuh makna, tanpa beban sama sekali.Â
Gee yang baru diuji hitungan jam saja sudah menggerutu tiada ampun. Bapak penjual tissu itu? Gee tidak tau tiap hari mungkin  kehujanan dan kepanasan demi mencari nafkah. Sekujur tubuhnya basah dijalan, kering dijalan. Bukan sekedar itu, bisingnya klakson dan suara kendaraan berlalu lalang seraya sudah menjadi sahabat akrab bapak bapak penjual tisu itu.
"Sementara kamu Gee!, kamu enak! Perjalananmu tidak kepanasan, tidak kehujanan. Kamu hanya perlu bersabar sedikit, bahwa perjalanan tidak sepenuhnya cepat dan mudah. Lihatlah orang diluar sana, tak banyak yang mungkin menginginkan perjalanan hidup yang kamu jalani saat ini" gee seketika berfikir.Â
Merenungkan apa yang baru saja dilihat dihadapnya. Mungkin terkesan biasa. Hanya melihat senyum!. Tapi apa kau tau? Pancaran aura bapak itu berbeda! . Matanya tersorot rasa ikhlas, sabar dan penuh syukur.
"Pak, melihatmu hari ini. Bukan sekedar aku ingin berjalan lebih cepat lagi, pergi lebih jauh lagi, melompat lebih tinggi lagi. Jika perlu tidak bisa lagi terukur. Terimakasih pengajarannya atas rasa syukur pak.Â
Darimu aku belajar tuk menjalani kehidupan ini tanpa keluh kesah. Ikhlas dan senantiasa menebar senyum. Meskipun senyum itu pak, bukanlah untukku". Gee lebih mempercepat lagi jalannya, sembari menyesali gerutuannya selama di dalam bus tadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI