Mohon tunggu...
Leni Cahya Pertiwi
Leni Cahya Pertiwi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis Buku Happy Mama

Berharap dengan menulis bisa memberikan manfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memetik yang Kautanam

25 Juli 2021   23:36 Diperbarui: 26 Juli 2021   01:17 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Buah Mengkudu (dokpri penulis)

Selesai? Belum, saya akan memamerkan salah satu tanaman yang menjadi favorit saya. Dua hari lalu saya sempat mengambil gambarnya, rimbun dan hijau. Aromanya segar dan menenangkan. Mint! Ya, tanaman ini entah kenapa membuat saya jatuh cinta. Saya betah berlama-lama memandanginya, mencari-cari ulat bulu atau ulat gundul yang melubangi daunnya. Eh, jadi ingat Hama Cantik Nan Menarik.

Gambar : Teh Mint (dokpri penulis)
Gambar : Teh Mint (dokpri penulis)
Saya biasa menambahkan beberapa lembar daun mint pada teh paksu di pagi dan sore hari. Kadang kalau saya lupa menambahkan, beliau memetik sendiri daun mintnya.

Mint sangat mudah berkembang biak. Cara menanamnya pun sangat mudah. Patahkan batangnya, lalu tancapkan pada media yang telah disiapkan. Biarkan di tempat yang teduh, tidak terkena sinar matahari langsung. Siram dengan menggunakan semprotan atau bisa juga dengan menyiramkan langsung.

Tanaman ini sepertinya menyukai media yang cukup lembab. Beberapa mint yang saya tanam dalam pot gantung dan tidak disiram dengan rutin, merana alias meranggas. Namun yang cukup mengherankan, mint ini juga termasuk tanaman yang tahan banting. Dalam keadaan merana begitu, dia tidah menyerah. Daunnya akan kembali segar setelah beberapa hari penyiraman rutin.

Sebenarnya masih ada beberapa tanaman di kebun belakang rumah saya, tetapi karena sudah larut malam dan saya kecapaian, saya cukupkan dulu. Mungkin lain kali akan saya ceritakan tentang mereka, kalau tak lupa.

Terima kasih telah berkunjung.

Catatan :

Dapur kayu = bukan dapur yang terbuat dari kayu, tapi dapur yang masih menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya. Karena banyak menghasilkan asap, dapur ini dibuat agak jauh dari rumah. Biasa kami gunakan untuk merebus air dalam jumlah besar.

Sumber Bacaan:1 2 3 4 5

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun