Karena meyakini buahnya bisa mengatasi asam urat, paksu dengan gagah berani meminum jusnya. Kalau saya? Mencium aroma jusnya saja sudah membuat perut saya mual. Kata paksu rasanya pahit.
Dari beberapa situs yang (saya anggap) terpercaya, saya tahu buah mengkudu baik untuk kulit. Antioksidan yang dikandungnya membantu mencegah kerusakan kulit akibat radikal bebas.
Mengkudu juga diyakini mampu melindungi dan memperbaiki sel kulit yng rusak. Ini didapat dari kandungan asam lemak esensial dan zat peroxironine yang dikandungnya.
Dan yang lebih istimewa lagi, buah mengkudu mengandung antrakuinon, yaitu suatu senyawa yang dapat memicu pembentukan kolagen. Nah, si kolagen ini sangat berperan dalam menjaga elastisitas kulit.
Dengan demikian, bisa disimpulkan mengkudu sangat baik untuk mencegah keriput. Wah, sangat luar biasa bukan? Hanya sayang, bau dan rasanya sangat tidak mendukung. Sejujurnya, saya lebih memilih kulit saya 'begini' saja daripada minum jus mengkudu.
Baiklah, beranjak dari mengkudu kita ke tanaman yang lebih rendah. Ada beberapa tanaman yang sering saya manfaatkan untuk menambah sedapnya makanan, diantaranya daun bawang (bawang prei), daun kucai dan daun lokio.
Daun kucai dan daun lokio ini ternyata cukup menyesatkan saya. Di kampung kami, tanaman yang disebut daun kucai ternyata dikenal dengan nama lokio.
Daun lokio memiliki bonggol mungil berwarna putih yang menyerupai bawang merah dengan daun hijau memanjang. Daun ini memiliki nama yang cukup keren dalam bahasa inggris, Chives. Sedangkan kucai (kami menyebutnya mugando), pangkal dan daunnya pipih memanjang. Di sebut garlic-chives dalam bahasa inggris karena kemiripan aromanya dengan bawang putih yang kuat.
Daun kucai dan Lokio biasa diolah sebagai bahan pelengkap. Namun adakalanya dia di masak sendiri. Kami sering mengolahnya menjadi sambal kucai. Caranya membuatnya sangat sederhana, hanya memerlukan cabai merah, bawang merah dan tomat.
Mari kita lupakan sambal lokio, ada beberapa tanaman belum kita lirik di halaman belakang saya. Beberapa jenis rimpang-rimpangan juga tersedia untuk dipetik. Uppss, kalau rimpang bukan dipetik ya, tetapi dicongkel atau digali. Saya menanam kunyit, jahe dan lengkuas. Jahe dan lengkuas hanya saya gunakan jika diperlukan dalam jumlah sedikit. Untuk konsumsi yang lebih banyak saya lebih suka membeli yang sudah digiling halus, Lebih praktis.